
Universitas Gadjah Mada kembali menggelar Wisuda Program Pascasarjana Periode I Tahun Akademik 2025/2026 hari kedua di Grha Sabha Pramana, Rabu (22/10). Sebanyak 1.094 lulusan dari delapan fakultas dan satu sekolah pascasarjana resmi dikukuhkan. Mereka berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian, Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Peternakan, Psikologi, Hukum, Farmasi, Biologi, serta Sekolah Pascasarjana.
Dalam dua hari pelaksanaan wisuda, UGM melepas total 2.335 lulusan yang terdiri atas 2.028 magister, 102 spesialis, 12 subspesialis, dan 193 doktor. Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya merupakan warga negara asing. Masa studi rata-rata program magister tahun ini adalah tiga tahun satu bulan dengan IPK rata-rata 3,75. Salah satu lulusan terbaik dengan IPK 4,00 adalah Rizal Galih Pradana dari Program Studi Magister Psikologi yang juga mewakili wisudawan dalam sambutan hari kedua. Sedangkan IPK rata-rata program doktor adalah 3,87 dengan lulusan termuda diraih oleh Rizky Aflaha pada usia 25 tahun 10 bulan dari Program Studi Doktor Fisika, FMIPA UGM.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Wening Udasmoro, menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh lulusan yang berhasil menuntaskan studi di UGM. Ia menekankan bahwa keberhasilan tersebut bukan hanya hasil kerja keras individu, tetapi juga dukungan dari keluarga, dosen, dan tenaga kependidikan. “UGM berharap para lulusan dapat menjaga jejaring yang sudah dibangun selama studi, sekaligus menciptakan kebahagiaan dalam langkah-langkah berikutnya,” ujar Wening.
Wening juga menyoroti pentingnya jejaring alumni sebagai ruang kolaborasi lintas disiplin yang mampu memperkuat kontribusi UGM di tingkat nasional maupun internasional. Ia berpesan agar para wisudawan tidak berhenti belajar setelah lulus, tetapi terus mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan masyarakat. “Kebahagiaan itu bukan sekadar hasil, melainkan proses dalam memberi makna pada kehidupan dan pekerjaan,” tuturnya.
Mewakili wisudawan, Rizal Galih Pradana menyampaikan keberhasilan menyelesaikan studi pascsarjana merupakan hasil dari semangat dan ketekunan. Ia mengingatkan bahwa ilmu yang diperoleh selama di kampus tidak berhenti di ruang akademik, melainkan diimplementasikan melalui karya nyata di masyarakat. “Ilmu yang kita peroleh terlalu berharga bila hanya menjadi lembaran tesis atau disertasi. Kita harus menghidupkannya melalui tindakan dan kontribusi nyata di bidang kita masing-masing,” ujar Rizal.
Rizal juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk menjawab tantangan global yang semakin kompleks. Menurutnya, persoalan-persoalan masyarakat modern tidak dapat diselesaikan hanya dengan satu bidang ilmu, melainkan melalui sinergi berbagai keahlian. “Kita hidup pada zaman di mana kolaborasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Semangat kolaboratif inilah yang menjadi DNA dari Universitas Gadjah Mada,” ungkapnya.
Menutup sambutannya, Rizal mengajak para lulusan untuk membawa semangat ke-UGM-an ke mana pun melangkah. Ia menegaskan bahwa menjadi lulusan UGM berarti memikul tanggung jawab untuk meneruskan semangat pengabdian dan empati sosial. “Mungkin kita belum dapat berbuat besar hari ini, tetapi setiap langkah kecil yang kita ambil untuk berpikir kritis, berempati, dan berbuat baik, adalah cahaya perubahan bagi negeri ini,” tutupnya.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto