
Kemajuan dunia industri yang berkembang pesat saat ini dimulai dengan adanya revolusi industri 1.0 yang dimulai pada sekitar tahun 1760-an di Inggris, bersama dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt yang mengubah sistem kerja dari pertanian ke industri. Bahkan sampai adanya revolusi industri 5.0 di mana manusia berdampingan dengan teknologi, hasilnya jangan sampai dinikmati oleh segelintir orang. “Masyarakat perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan digital yang baik sehingga menciptakan masyarakat yang cerdas, kreatif, dan adaptif terhadap teknologi beriringan dengan pembangunan berkelanjutan,” kata Sejarawan UGM, Dr. Nur Aini Setiawati, M.Hum., dalam pembukaan History Week yang bertajuk “Industri dalam arus sejarah Indonesia”, Rabu (22/10) di ruang auditorium Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Saat revolusi industri 1.0, perubahan di bidang ekonomi secara cepat dari kegiatan ekonomi agraris menuju ekonomi industri yang menggunakan mesin, dalam mengubah hasil tani masyarakat menjadi hasil produksi yang siap pakai. Di era pemerintahan kolonial Belanda, menggunakan teknologi mesin pada pabrik gula, kopi, dan perkebunan besar namun hasilnya hanya dinikmati oleh segelintir dari mereka bukan untuk rakyat.
Adapun revolusi industri 5.0 yang diperkenalkan oleh Mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, bertujuan untuk menggabungkan dunia maya (cyber) dengan dunia nyata. Pada era ini, masyarakat hidup berdampingan dengan teknologi cerdas untuk menyelesaikan masalah sosial sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals 2030.
Menurutnya, masyarakat perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan digital yang baik sehingga menciptakan masyarakat yang cerdas, kreatif, dan adaptif terhadap teknologi beriringan dengan pembangunan berkelanjutan.“Konsep Society 5.0 itu justru membentuk kebanyakan masyarakat dengan one cyber dengan dunia nyata jadi manusia akan hidup berhubungan dengan teknologi untuk dapat memagari tantangan perkembangan sosial yang kompleks,” jelasnya.
Dampak lain adanya revolusi industri sekarang ini, kata Aini, tak hanya meningkatnya peluang bagi pertumbuhan UMKM, digital dan e-commerce, namun juga munculnya lapangan-lapangan pekerjaan baru baik di bidang teknologi, logistik, maupun pemasaran digital saja, bahkan mempermudah layanan. “Masyarakat harus melek teknologi dan memiliki literasi digital yang mumpuni, agar dapat terus beradaptasi dalam dunia digital yang terus bergerak cepat ini,” pungkasnya.
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Salwa dan Wikimedia Common