Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan dari Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Demokratik Federal Ethiopia dan Uni Afrika (2019-2025), Dr. (H.C.) Al Busyra Basnur, di Ruang Tamu Rektor UGM, Jumat (31/10). Kunjungan ini membahas peluang penguatan kemitraan akademik antara UGM dengan universitas-universitas di Afrika, sekaligus membahas perluasan jejaring kerja sama internasional antara kedua belah pihak pada bidang pendidikan, riset, dan pertukaran mahasiswa.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., menyampaikan rasa antusiasnya terhadap program kerja sama yang akan dijalin dan menilai pentingnya kolaborasi lintas kawasan dalam bidang akademik. “UGM selalu terbuka terhadap kolaborasi global yang memperkuat jejaring riset dan pertukaran ilmu,” jelasnya.
Menanggapi kerja sama tersebut, Wening menyampaikan bahwa UGM juga aktif mengembangkan kerja sama dengan berbagai beasiswa internasional seperti Darmasiswa, The Indonesian AID Scholarship (TIAS), dan Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Menurutnya, program beasiswa yang diadakan menjadi sarana penting bagi mahasiswa internasional yang ingin belajar di Indonesia, khususnya di UGM. “Program pelatihan Bahasa Indonesia di UGM juga terus kami kembangkan. Antusiasmenya sangat tinggi, bahkan diikuti oleh peserta dari berbagai negara, termasuk para diplomat asing,” jelasnya.
Wening juga menyoroti kerja sama internasional UGM melalui Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) yang didirikan bersama Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dan UIN Sunan Kalijaga sejak 2006. Menurutnya, program ini menjadi salah satu representasi keunggulan akademik UGM di bidang kajian agama yang berorientasi pada dialog antariman dan toleransi. Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat toleransi, saling pengertian, dan kerja sama lintas keyakinan, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional. “UGM memiliki reputasi kuat dalam studi agama dan budaya, termasuk melalui program Interfaith Dialogue di ICRS yang menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Kolaborasi ini akan memperluas jejaring dan memperkuat peran UGM dalam diplomasi pengetahuan,” jelasnya.
Dalam kunjungannya, Al Busyra Basnur menyampaikan pandangannya tentang potensi besar Afrika sebagai mitra strategis Indonesia dalam bidang pendidikan tinggi. Menurutnya, persepsi masyarakat Indonesia terhadap Afrika seringkali belum diperbarui, padahal beberapa negara pada kawasan tersebut telah memiliki kemajuan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 10 persen dalam satu dekade terakhir. “Afrika bukan lagi kawasan tertinggal. Negara-negara seperti Etiopia mengalami kemajuan luar biasa dalam ekonomi dan pendidikan. Ini saat yang tepat bagi perguruan tinggi Indonesia, termasuk UGM, untuk memperkuat kolaborasi akademik dengan universitas di Afrika,” ujar Basnur.
Basnur juga memaparkan, selama enam tahun bertugas di Addis Ababa, ia berhasil mendorong terbentuknya 49 nota kesepahaman (MoU) antara perguruan tinggi Indonesia dan Afrika. Sebelumnya, hanya terdapat dua MoU aktif, yaitu antara Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan universitas di Ethiopia. Ia menyampaikan harapannya dalam setiap kesepakatan dengan memastikan tindak lanjut konkret dari setiap kesepahaman yang ditandatangani. “Kami berharap kemitraan dengan UGM dapat menjadi langkah strategis dalam memperkuat diplomasi pendidikan dan memperluas kolaborasi global,” pungkasnya.
Penulis : Cyntia Noviana
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie
