Universitas Gadjah Mada berencana kembali memberikan Anugerah Hamengku Buwono IX atau HB IX Award kepada tokoh nasional yang dianggap layak mendapatkan penghargaan atas dedikasinya pada bangsa dan kemanusiaan. Pemberian ini kembali digelar setelah dua tahun vakum karena pandemi. Rencananya pemberian diberikan pada puncak perayaan Dies ke-73 UGM pertengahan 19 Desember mendatang. Selanjutnya, penerima penghargaan ini akan menyampaikan orasi di Keraton Yogyakarta. “Sudah dua tahun libur. Sebab, pada puncak acara HB IX award itu ada malam orasi budaya. Saat pandemi hal itu tidak dimungkinkan dilaksanakan. Dies UGM tahun ini Anugerah HB IX sudah bisa diselenggarakan lagi di Keraton Yogyakarta,” kata Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UGM, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sc, Jumat (4/11).
Maksum menuturkan pemberian Anugerah HB IX diberikan kepada warga negara Indonesia yang telah memberikan kontribusi nyata kepada bangsa Indonesia maupun kepada dunia internasional. Ia pun membuka kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengusulan nama bakal calon yang layak menerima. “Kita sudah siap menjaring. Usulan bisa dari komunitas, bisa dari kelompok, bisa pribadi, tetapi pengusulan pribadi juga bisa diusulkan oleh orang lain. Setiap usulan ini dikirim ke panitia Guru Besar UGM untuk diseleksi,” ungkapnya.
Untuk menyukseskan gelaran pemberian Anugerah HB IX ini, kata Maksum, pihaknya juga sudah melakukan audiensi dengan Raja Kasultanan Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X terkait dengan perlunya kriteria tambahan bagi tokoh yang dianggap layak menerima penghargaan itu.“Kita sudah audiensi ke HB X, siapa tahu ada yang ditambahkan. Beliau menambahkan diteruskan saja butir- butir yang sudah disyaratkan. Beliau menjelaskan mereka yang akan dipilih perlu untuk dilacak lebih baik lagi kelayakannya,” kata Maksum menirukan ucapan Sri Sultan HB X.
Menurut Maksum, dalam pembicaraan dengan Sri Sultan HB X juga diketahui bahwa tokoh yang dianggap layak menerima penghargaan ini betul-betul bersih dari isu pelanggaran HAM, tidak pernah terkena kasus korupsi serta perilaku kejahatan apalagi jadi pemecah belah bangsa.”Tokoh itu sebaiknya tangannya tidak pernah berlumuran darah, tidak berurusan dengan uang, tidak pernah kotor dengan aneka kejahatan, itulah sosok yang pas untuk menerimanya,” katanya.
Adapun setiap usulan nama tokoh dari masyarakat menurut Maksum nantinya akan diseleksi oleh Dewan Guru Besar UGM untuk dikerucutkan menjadi satu nama. Ia menargetkan pada akhir bulan November ini tim DGB sudah mengantongi satu nama yang dianggap layak mendapatkan penghargaan itu.
Seperti diketahui, beberapa tokoh yang telah dianugerahi HB IX Award diantaranya Herman Johannes, Mochtar Kusuma Atmadja, Selo Sumardjan, Teuku Jacob, Saparinah Sadli, Ajip Rosidi, Ahmad Syafii Maarif, Goenawan Mohamad, Jusuf Kalla, Retno Marsudi dan Basuki Hadimuljono.
Penulis : Gusti Grehenson