Kepala BMKG 2017–2025, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menjelaskan bahwa saat ini Indonesia tengah memasuki puncak musim hujan yang datang lebih awal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dengan intensitas curah hujan tinggi mencapai 300 hingga 500 milimeter per bulan, bahkan di beberapa daerah bisa melampaui angka tersebut. “Wilayah barat dan tengah Indonesia akan mengalami puncak hujan pada November hingga Desember, sementara wilayah tengah dan timur mencapai puncaknya pada Desember hingga Februari,” kata Dwikorita saat menjadi pembicara dalam Workshop Peningkatan Kapasitas Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) untuk mengantisipasi risiko oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM di Ruang Multimedia 1, Jumat (7/11).
Dwikorita mendorong mahasiswa dan dosen pembimbing lapangan untuk mengunduh aplikasi InfoBMKG, yang menyediakan prakiraan cuaca, kategori intensitas hujan, dan peringatan dini. Informasi ini penting untuk mengantisipasi potensi bahaya cuaca ekstrem seperti longsor, banjir bandang, kilat atau petir, serta angin kencang atau puting beliung.
Selain potensi curah hujan yang tinggi, Dwikorita menyoroti ancaman bahaya tersambar petir saat hujan berlangsung. Ia menyarankan agar terhindar dari sambaran petir dengan cara menjauhi kolam renang dan pohon, menghindari berdiri dekat tiang listrik, menara, atau di ruang terbuka. “Saat berada di luar ruangan, disarankan untuk merapatkan kaki atau mengangkat satu kaki guna meminimalkan risiko sambaran listrik, serta menghindari penggunaan alat komunikasi logam,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Dwikorita juga mengomentari soal ancaman banjir bandang. Ia menyebutkan beberapa ciri-ciri awal dapat dikenali dari ancaman banjir bandang dengan melihat perubahan warna air sungai yang tiba-tiba keruh dan disertai aliran ranting atau batang kayu. “Kalau air yang biasanya jernih menjadi keruh dan deras, tanda tersebut harus direspons dengan segera menjauh dan mencari tempat yang lebih tinggi,” ia memperingatkan.
Kepala Subdirektorat Integrasi dan Pengolahan Pemantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Linda Lestari melaporkan hingga per 15 Oktober tahun 2025, sudah tercatat 2.590 kasus bencana di seluruh Indonesia. “Kalau dibayangkan hampir satu hari bisa mencapai sekitar 10 laporan bencana, tentu ini perlu diatasi,” jelas Linda.
Ia mencontohkan, wilayah Bantul, khususnya Kecamatan Imogiri dan Dlingo, memiliki potensi banjir bandang yang cukup tinggi. Sementara Pulau Morotai di Maluku Utara hampir seluruhnya berisiko terkena gempa dan tsunami, terutama di daerah pesisir. Karena itu, Linda menekankan pentingnya mahasiswa dan DPL untuk memahami potensi risiko di lokasi KKN masing-masing. “Silakan pantau data dan peringatan bencana ini melalui website atau aplikasi InaRISK,” tekannya.
Linda juga mendorong pelaksanaan program kerja KKN yang berfokus pada peningkatan ketangguhan masyarakat, misalnya melalui pembuatan peta risiko bencana, pemasangan rambu dan jalur evakuasi, pengadaan alat peringatan dini, serta penguatan infrastruktur penanggulangan bencana.
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si., mengatakan mahasiswa dan DPL KKN PPM UGM diharapkan membangun budaya sadar risiko mitigasi bencana sejak dini. “Kita biasanya baru tergerak untuk bicara risiko setelah ada kejadian. Mulai sekarang kita harus membangun sistem mitigasi yang mapan agar sense of crisis menjadi bagian dari kebiasaan dan pengetahuan,” ujarnya.
Direktur Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM, Dr. dr. Rustamaji, M.Kes., menjelaskan pelaksanaan KKN periode IV tahun 2025 akan melibatkan 1.044 mahasiswa dari berbagai fakultas dan sekolah dengan tema Kedaulatan Pangan dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan”. Para mahasiswa ini akan diterjunkan di 10 provinsi, yakni enam di luar Jawa dan empat di Jawa, mencakup 24 kabupaten dan 29 kecamatan, selama 50 hari mulai 20 Desember 2025 hingga 7 Februari 2026. “Kami perlu memastikan kesiapan mahasiswa terhadap kondisi lingkungan, kesiapsiagaan, dan mitigasi di setiap lokasi,” tegasnya.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie dan Freepik
