Tim debat Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang National University Debating Championship (NUDC) dan Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) 2025 yang diselenggarakan di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, pada 20–24 Oktober 2025. Dalam kompetisi tingkat nasional yang diikuti oleh puluhan perguruan tinggi dari seluruh Indonesia ini, kontingen UGM berhasil membawa pulang berbagai penghargaan di ajang debat bergengsi, yaitu NUDC (debat berbahasa Inggris) dan KDMI (debat berbahasa Indonesia).
Pada ajang KDMI, kontingen UGM diwakili oleh Alfarizi Rona Saputra Setiana dari Fakultas Hukum dan Nawfal Aulia Luthfurrahman dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Program Studi Ilmu Ekonomi. Keduanya tampil gemilang sepanjang babak penyisihan hingga babak final, menampilkan kemampuan analisis isu, penyusunan argumen, dan retorika yang solid. Pada akhir kompetisi, Alfarizi dinobatkan sebagai Pembicara Terbaik ke-1, sementara Nawfal meraih penghargaan Pembicara Terbaik ke-4 Kategori Terbuka KDMI. Capaian ini memperlihatkan kemampuan mahasiswa UGM dalam berpikir kritis dan berargumentasi secara sistematis dalam forum debat berbahasa Indonesia tingkat nasional.
Sementara itu, pada ajang NUDC, UGM diwakili oleh Jason Valentino Samvero dari Fakultas Hukum dan Brian Hose Antonio Hambur dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Tim ini sukses menembus meraih posisi 3rd Runner Up (Juara Harapan) pada Kategori Terbuka NUDC 2025. Kedua pembicara juga mencatat prestasi yang membanggakan, Brian berhasil meraih gelar 2nd Best Speaker, sedangkan Jason dinobatkan sebagai Co-4th Best Speaker Open Category NUDC.
Brian dan Jason mengaku hanya membutuhkan waktu satu bulan untuk mempersiapkan diri mengikuti ajang ini. Meskipun demikian, sebelumnya mereka berdua sudah kerap berlatih mandiri dengan meluangkan waktu untuk membaca, riset, atau sekedar mendengarkan pidato debat. “Sehari misalkan satu jam, untuk misalnya kita belajar, riset, atau latihan, buat pidato, terus menerjemahkan transkrip dari pidato pendebat lainnya, yang level internasional, itu kita terjemahkan. Kuncinya di manajemen waktu, dan karena, kalau diri kami sendiri, debat itu kan sebenarnya investasi jangka panjangnya. Nanti ketika dekat dengan lomba tinggal ngulang-ngulang lag ,dan update-update berita terbaru untuk menyesuaikan trend isu terkini. Jadi, latihannya tidak terlalu memakan banyak waktu,” ungkap Brian, Selasa (11/11).
Keberhasilan Brian dan Jason dalam ajang ini tak hanya hasil kerja keras mereka saja, melainkan juga dukungan penuh dari pihak kampus dan UKM Gadjah Mada Debating Society (GMDS) yang senantiasa mendukung penuh perjalanan mereka. Mereka berdua mengaku sangat terbantu dengan adanya dukungan langsung dari pihak kampus. “Kita dikasih support dari awal, tiap tahun. Dari Ditmawa misalnya. Sesimpel kayak, bikin surat izin itu relatif sederhana, itu sangat membantu banget. Di luar itu, dengan menyediakan transportasi, menyediakan akomodasi, menyediakan ruang saku, ruang untuk latihan, ruang untuk lomba, kalau bisa ada lomba online. Karena sebelum tingkat nasional kan seleksi wilayah dulu, dan seleksi wilayahnya online,” ungkap Brian
Tak hanya itu, tim NUDC UGM juga memperoleh Roderick Sibarani Award for Best Performing Team, sebuah penghargaan khusus yang diberikan kepada tim dengan performa keseluruhan terbaik di luar penilaian utama kompetisi. Penghargaan ini menilai tidak hanya kemampuan argumentatif dan strategi debat, tetapi juga sportivitas, konsistensi performa, dan kontribusi positif terhadap atmosfer kompetisi. Roderick Sibarani Award sendiri merupakan bentuk penghormatan terhadap semangat debat yang sehat dan inspiratif yang dimiliki oleh tim.
Keikutsertaan UGM dalam NUDC dan KDMI setiap tahunnya merupakan bagian dari komitmen universitas dalam mendukung mahasiswa untuk berkembang sebagai pemimpin masa depan yang berwawasan luas, berdaya saing global, dan berintegritas tinggi. UGM berharap capaian ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi dan membawa nama baik almamater di kancah nasional maupun internasional. Jason dan Brian, sebagai perwakilan dari pemenang, pun berharap kesuksesan mereka ini dapat diikuti oleh junior-junior mereka. “Kami pun sebagai angkatan-angkatan yang sudah tua ini, lebih menekankan ke junior-junior yang mungkin nanti mau berpartisipasi dalam kompetisi debat, supaya ya berlatih lebih maksimal, dan kalau misalkan mereka butuh bantuan apapun, mungkin boleh menghubungi kita juga untuk proses pelatihan dan sebagainya,” pesan Brian.
Penulis : Salwa
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim Debat UGM
