Dosen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Prof. Drs. Gugup Kismono, M.B.A., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Psikologi dan Perilaku Organisasional, pada Kamis (13/11) di Balai Senat UGM. Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul ‘Menemukan Solusi Menuju Keseimbangan Dunia Kerja dan Kehidupan di Tengah Perubahan Orientasi Hidup Anak Muda’, ia menyoroti perubahan besar dalam pola kerja generasi muda.
Prof. Gugup mengungkapkan bahwa ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi semakin terasa pada kalangan anak muda. Hampir separuh pekerja muda mengalami kelelahan akibat tuntutan digital yang tinggi serta batas waktu kerja yang makin kabur. “Fenomena ini menggugah bidang keilmuan saya untuk meninjau kembali bagaimana motivasi, kesejahteraan psikologis, dan perilaku kerja adaptif dapat menjadi dasar kebijakan dan budaya organisasi yang lebih manusiawi,” jelasnya.

Ia menambahkan, kebiasaan bekerja dari mana saja sejak pandemi Covid-19 membuat banyak pihak menjalani pola kerja baru tanpa kesiapan psikologis maupun sosial. Kondisi ini memunculkan konsekuensi yang berdampak pada kehidupan rumah tangga, seperti kelelahan berkepanjangan, kebingungan peran, dan konflik domestik. “Konsep awalnya mempererat, tetapi work from home bisa berubah menjadi work from heartburn,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Prof. Gugup menekankan bahwa generasi Z menjadi kelompok yang paling terdampak oleh perubahan sistem kerja ini. Fleksibilitas yang seolah menjanjikan kebebasan justru bergeser menjadi tekanan sosial karena organisasi berlomba mengadopsi tren tanpa menimbang kebutuhan nyata. Ia juga menyoroti perkembangan gig economy yang tampak merdeka, namun menimbulkan beban mental bagi generasi muda yang bergantung pada sistem kerja nonformal tersebut.
Prof. Gugup menilai pentingnya kemampuan perusahaan menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan psikologis karyawan, terutama generasi muda yang rentan terhadap tekanan di era ketidakpastian. Menurutnya, generasi Z semakin sadar akan pentingnya menjaga batasan kerja demi kesehatan mental. “Produktivitas memang penting, tetapi hidup tidak boleh habis untuk kerja semata. Work–life balance adalah kebutuhan yang perlu diperjuangkan dengan sadar,” tuturnya.

Ia juga mengingatkan bahwa generasi muda dan pekerja gig perlu memperkuat acceptance mindset serta keterampilan dalam menetapkan batasan kerja agar tetap sehat dalam sistem kerja digital yang serbadinamis. Perusahaan pun perlu membangun lingkungan kerja yang manusiawi melalui kepemimpinan berbasis empati dan kepercayaan. Lebih jauh, ia menekankan perlunya dukungan pemerintah dalam menjamin perlindungan sosial, layanan kesehatan, dan skema pensiun yang dapat diakses lintas jenis pekerjaan. “Individu yang berdaya, organisasi yang adaptif, dan sistem yang mendukung menjadi tiga pilar keseimbangan kerja demi masa depan kerja yang sehat dan manusiawi,” pungkasnya.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D., menyampaikan bahwa Prof. Gugup kini menjadi satu dari 542 Guru Besar aktif di UGM. Di lingkungan FEB UGM, ia merupakan salah satu dari 31 Guru Besar aktif dari total 48 Guru Besar yang dimiliki fakultas tersebut.
Penulis: Cyntia Noviana
Editor: Triya Andriyani
Foto: Firsto
