Sorak penonton memenuhi Joglo Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) saat pertandingan cabang Judo Porsenigama 2025 berlangsung pada Minggu (16/11). Ajang ini menjadi salah satu pertandingan yang paling dinantikan karena memadukan teknik, ketangkasan, dan kekuatan para atlet muda UGM. Antusiasme peserta dan penonton terlihat sejak awal laga, menambah intensitas kompetisi yang berlangsung sepanjang hari.Kompetisi ini mempertandingkan dua kategori, yakni Tachi Waza dan Judo, yang terbagi ke dalam kelas 55 kg, 60 kg, 66 kg, 73 kg, 81 kg, 90 kg, hingga +90 kg.
Galang, selaku PIC pertandingan cabang Judo Porsenigama 2025, menyampaikan bahwa kompetisi tahun ini diikuti oleh 130 mahasiswa dari berbagai fakultas. Pada kategori Tachi Waza tercatat 59 peserta, sementara kategori Judo diikuti 71 peserta. Ia berharap gelaran ini dapat menjadi ruang pembinaan atlet muda UGM. “Harapan dari kegiatan Porsenigama cabor judo pastinya untuk mencari atlet yang nantinya akan mewakili Universitas Gadjah Mada dalam cabang olahraga judo tingkat nasional maupun internasional,” jelasnya.
Di kategori Judo putra kelas 81 kg, Muhammad Akmal Tian berhasil menyabet medali emas. Kemenangan ini menjadi pencapaian penting bagi Akmal yang tampil konsisten sejak babak awal. Performa stabilnya di arena menunjukkan kematangan teknik meski persiapan terbatas. Meski datang tanpa persiapan khusus, Akmal tetap mampu menampilkan performa terbaiknya berbekal pengalaman bertanding pada tahun sebelumnya. “Hampir tidak memiliki persiapan khusus untuk Porsenigama, hanya bermodalkan pengalaman satu tahun sebelumnya,” ungkapnya.
Prestasi serupa diraih David Eka Prasetya dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) angkatan 2024 yang meraih emas pada kategori Tachi Waza kelas 81 kg. Pada pertandingan, David sempat mengalami cedera kaki karena salah melakukan loncatan, namun tetap mampu bertahan dan menunjukkan kualitas tekniknya. Selama persiapan, ia memperdalam latihan gerakan dasar Tachi Waza karena sebelumnya lebih banyak menekuni cabang gulat yang memiliki teknik berbeda. “Melakukan adaptasi dengan melihat dan membongkar teknik dari orang-orang yang bermain di olimpiade merupakan strategi adaptasi saya,” ujarnya.
Pertandingan Porsenigama tahun ini memberikan banyak pembelajaran bagi David, terutama dalam memahami batas fisik dan strategi bertanding yang lebih matang. Momen ini juga mempertegas komitmennya untuk terus berkembang sebagai atlet Judo. Pertandingan Porsenigama tahun ini menjadi pengalaman berharga bagi David untuk lebih meningkatkan keterampilan sekaligus menjaga kondisi fisik. Ia berharap dapat kembali bertanding pada tahun berikutnya dengan performa yang lebih baik tanpa cedera yang menghambat.
Penulis : Cyntia Noviana
Editor : Triya Andriyani
Foto : Dok. Porsenigama
