Sebanyak dua puluh mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (KAPSTRA) melaksanakan program aksi sosial bertajuk KAPSTRA Eco-Learning pada Sabtu dan Minggu, 8–9 November lalu. Aksi sosial melalui kegiatan workshop pembuatan jamu, penanaman tanaman obat keluarga (TOGA), dan juga pembuatan eco-enzyme diharapkan mampu mengurangi konsumsi bahan kimia sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati lokal. Secara khusus, kegiatan aksi sosial ini bertujuan untuk mengenalkan cara sederhana mengolah limbah organik menjadi produk yang bermanfaat bagi lingkungan dan kesehatan.
Kegiatan aksi sosial di hari pertama berlangsung di Omah Sinau Masyarakat (OMSIMAS), Kelurahan Karangwaru, Yogyakarta. Acara ini menghadirkan narasumber Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari, Siti Rupingah, yang berasal dari Gunung Gondang, Margosari, Pengasih. Sebagai nara sumber dalam kesempatan ini, ia menyampaikan materi berjudul Penguatan Ekonomi Berbasis Pemanfaatan Potensi TOGA dan Pelestarian Keanekaragaman TOGA.
Siti Rupingah menjelaskan tanaman obat keluarga yang tumbuh di sekitar rumah dapat memberikan banyak manfaat jika diolah dengan baik, salah satunya menjadi produk jamu. Melalui produksi jamu ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian ibu-ibu PKK sekaligus mengoptimalkan pemanfaatan lahan untuk melestarikan tanaman lokal yang bermanfaat sebagai pertolongan pertama saat sakit. “Manfaatnya sangat terasa. Konsumsi jamu bisa meningkatkan imun tubuh, menyembuhkan beberapa penyakit ringan, serta mengantisipasi penyakit berat, tergantung pada jenis TOGA yang digunakan,” jelasnya, Senin (24/11). 
Salah satu peserta, Ibu Yusia, mengungkapkan kesannya terhadap kegiatan ini. Menurutnya kegiatan ini memberikan manfaat untuk ibu-ibu anggota PKK dan ibu-ibu lainnya. “Semoga apa yang telah di terangkan mas, mbak, dan pemateri bisa terus kami praktikkan,” ujarnya.
Kegiatan pun kemudian berlanjut praktek pembuatan jamu bubuk dengan menggunakan resep asli dari ibu Siti Rupingah. Resep yang pernah memenangkan Lomba Ramuan Jamu Herbal di tahun 2017 pada Karnaval Herbal Bejo. Dalam pembuatan jamu bubuk ini, bahan-bahan yang dipergunakan antara lain jahe emprit, gula, kayu manis, cengkeh, bunga lawang, dan rempah-rempah lain yang sangat mudah ditemukan di lingkungan sekitar.
Melalui praktek pembuatan jamu, Yusia merasa bersyukur karena ibu-ibu PKK dan mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan baru mengenai pengolahan jamu tradisional namun bisa mengetahui potensi bahan alami di sekitarnya sebagai sumber usaha kreatif dan ramah lingkungan. “Praktik ini menjadi wujud nyata penerapan nilai eco-learning, di mana masyarakat diajak untuk mengenal, mengelola, serta memanfaatkan sumber daya lokal secara berkelanjutan,” terang Yusia.
Di hari kedua kegiatan aksi sosial Kapstra melaksanakan pelatihan eco enzyme dengan menggandeng komunitas Relawan Eco Enzyme Sleman. Mengusung topik Jejak Hijau: Tanam dan Olah Demi Bumi yang Lebih Ramah, pelatihan eco enzyme dilakukan di Rumpang QQ yang berlokasi di Sinduharjo, Sleman. Pelatihan diawali dengan pemaparan materi mengenai pengertian eco enzyme, manfaat, serta bagaimana cara pembuatannya yang disampaikan oleh Nafi Khoirulnisa dan Farhan Zaki didampingi Kiki dan Fimel selaku Relawan Eco Enzyme Sleman yang turut membagikan ilmunya kepada para mahasiswa yang hadir.
Tidak hanya pemaparan materi, dalam kegiatan ini para peserta diajak langsung untuk mempraktikkan pembuatan eco enzyme menggunakan kulit buah. Dalam sesi ini, peserta mendapatkan teknik pencampuran bahan dengan perbandingan 1:3:10, yaitu 1 untuk gula atau molase, 3 untuk kulit buah, dan 10 untuk air sebagai pelarut. Semua bahan yang telah bercampur didiamkan minimal 90 hari atau 3 bulan agar bisa mendapatkan hasilnya yang maksimal.
“Praktik ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk belajar langsung bagaimana limbah dapur yang biasanya berakhir di tempat sampah, diolah menjadi cairan serbaguna yang bermanfaat bagi lingkungan. Jika kita memberi kepada alam maka alam akan memberi lebih kepada kita,” tutur Kiki menjelaskan. 
Tidak berakhir pada proses pembuatan eco enzyme, para peserta mendapatkan pengenalan beragam produk turunan eco enzyme, seperti sabun mandi batang, bantal eco enzyme, serta kamper yang terbuat dari sisa kulit hasil fermentasi. Beragam produk ini memperlihatkan eco enzyme tidak hanya digunakan sebagai cairan pembersih, melainkan juga dapat dikembangkan menjadi berbagai produk lain yang bermanfaat bagi kebutuhan rumah tangga.
Fimel mengungkapkan eco enzyme sendiri memiliki berbagai manfaat, seperti menyuburkan tanaman, membantu memperbaiki kondisi tanah dan air, mengurangi penggunaan bahan kimia, serta masih banyak lagi manfaat lainnya. “Saya tidak dapat hidup tanpa eco enzyme, karena hampir seluruh kebutuhan rumah tangga saya bergantung pada eco enzyme, ” ungkap Fimel sebagai anggota Relawan Eco Enzyme Sleman.
Nafi Khoirulnisa berharap melalui kegiatan ini, para peserta bisa memperoleh tidak hanya pengalaman pembuatan eco enzyme, tetapi juga pengetahuan bagaimana pengelolaan limbah secara sederhana, dan mampu memberi manfaat luar biasa untuk lingkungan. “Kegiatan Kapstra Eco Learning diharapkan dapat terus mendorong kepedulian ekologis dan menumbuhkan kebiasaan hidup ramah lingkungan berkelanjutan bagi mahasiswa dan masyarakat luas,” harap Nafi Khoirulnisa sebagai salah satu anggota Kapstra.
Penulis: Leony
Editor : Agung Nugroho
Foto : Dok.PSdK
