Komoditas daging dan telur ayam kini menjadi salah satu penyumbang inflasi daerah karena meningkatnya permintaan, salah satunya akibat program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG). Menyikapi dinamika tersebut, Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada menggelar Sarasehan Peternakan Unggas pada Sabtu (22/11) silam di Auditorium drh. R. Soepardjo dengan tema ‘Transformasi Peternakan Unggas Nasional: Optimalisasi Dana 20 Triliun Menuju Kemandirian Pangan’.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, Dr. drh. Agung Suganda, M.Si., hadir sebagai pembicara kunci dan memaparkan arah kebijakan nasional dalam pengelolaan anggaran untuk modernisasi dan integrasi sektor unggas. Ia menekankan pentingnya kesinambungan pasokan nasional, perbaikan sistem kesehatan hewan, serta pembangunan ekosistem unggas terpadu di berbagai wilayah.
Agung menyampaikan bahwa produksi unggas nasional tahun 2024 berada dalam kondisi surplus. “Produksi telur di angka 6,2 juta ton, sementara kebutuhan 6,03 juta ton, jadi ada surplus 0,17 juta ton. Untuk daging ayam, produksi 4,03 juta ton dan kebutuhan 3,72 juta ton, sehingga ada surplus 0,31 juta ton,” runtutnya.

Ia kemudian menjelaskan bahwa program MBG membutuhkan pasokan sebesar 0,7 juta ton telur dan 1,1 juta ton daging ayam setiap tahun. Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut, pemerintah menyiapkan program hilirisasi ayam terintegrasi yang dijalankan BUMN dengan investasi Rp20 triliun serta dukungan Kredit Usaha Rakyat (KUR) peternakan sebesar Rp50 triliun dengan bunga rendah 3 persen.
Pemerintah menargetkan pembangunan 323 fasilitas industri ayam di 29 provinsi di luar Pulau Jawa. Fasilitas tersebut mencakup pabrik pakan, kandang modern, rumah potong ayam, cold storage, pabrik olahan, hingga fasilitas produksi vaksin. “Semoga ya setiap pulau bisa mandiri dalam produksi protein, jadi bisa mencapai swasembada telur dan daging ayam,” harap Agung.
Usai paparan, sarasehan dilanjutkan dengan diskusi panel yang melibatkan enam pemimpin organisasi dan industri perunggasan nasional: Direktur Utama BUMN ID Food, Direktur Utama Berdikari, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak, Ketua Umum Garda Organisasi Peternak Ayam Nasional, serta Ketua Umum Perhimpunan Peternak Nasional. Diskusi membahas isu strategis seperti sinergi antara BUMN, swasta, peternak, serta pengembangan sentra produksi unggas, tantangan industri, model kemitraan yang adil, hingga peluang pemanfaatan digitalisasi dalam meningkatkan efisiensi sektor unggas.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., menyampaikan bahwa sarasehan ini diikuti 125 peserta yang terdiri dari peternak, akademisi, birokrat, dan pelaku industri. Menurutnya, forum ini menjadi ruang strategis untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan integrasi peternakan ayam berbasis anggaran besar yang sedang disiapkan pemerintah.
“Kita juga berharap ada rekomendasi yang membangun untuk kebijakan, investasi, dan penguatan kelembagaan peternak. Selain tentu saja untuk mendorong kolaborasi antara akademisi, pemerintah, industri, dan peternak,” terang Budi.
Penulis: Hanifah
Editor: Triya Andriyani
Foto: Fapet UGM
