Rasa syukur dan bangga diungkapkan oleh Trixi Karinina Dewi Sindhutomo. Lulusan Program Studi Manajemen dan Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM ini berhasil meraih predikat sebagai wisudawan yang lulus dengan masa studi tercepat pada Wisuda program Sarjana dan Sarjana Terapan Periode I 2025 pada Selasa (25/11) lalu di Grha Sabha Pramana. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan S1 dengan masa studi 3 tahun 27 hari dengan nilai IPK 3,85. Padahal untuk rerata masa studi 1.729 lulusan Program Sarjana adalah 4 tahun 4 bulan.
“Aku sangat bersyukur dan sebenarnya segala predikat dan pencapaian ini. Untuk menjadi tercepat dan juga terbaik di jurusan aku sendiri itu gak nyangka,” ujarnya, senin (1/12) di Kampus UGM.
Trixi menjelaskan bahwa alasannya memilih jurusan ini dikarenakan minatnya dalam permasalahan sosial. Menurutnya, prodi ini berkaitan dengan isu sosial yang bisa diatasi dengan berbagai pola manajemen dan kebijakan publik.
Selama berkuliah, Trixi mengaku tidak hanya berfokus pada akademik saja, ia pun aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan volunteering. Meskipun demikian, ia pun membuktikan bahwa ia dapat menjalankan semua hal tersebut dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan beragam piagam penghargaan yang pernah diperolehnya selama berkuliah, seperti Peraih Medali Perak Pimnas dan juga predikat best presentation dan best paper pada Temu Administrator Muda Indonesia yang merupakan rangkaian lomba administrasi publik nasional.
Tak hanya itu, Trixi pun melakukan Pertukaran Pelajar ke Belanda, di University of Groningen saat semester 5, dan di tengah perkuliahannya di negeri kincir angin tersebut, ia juga melakukan riset serta pengambilan data untuk skripsinya.
Ia menceritakan di sana bahwa ia mengambil riset Spatial Planning yang lumayan berbeda dengan jurusannya, meskipun memang tujuannya sama yaitu untuk membangun sarana publik. Ia mengaku bahwa ia banyak mengembangkan pengetahuannya terkait dengan ekonomi geografi, dan juga tata kelola kota. “Tetapi ini lebih berfokus pada pembangunan tata kelola spasial itu sendiri, termasuk juga tata kelola kota, ataupun rural (desa),” pungkasnya.
Menyeimbangkan waktu secara bersamaan antara keikutsertaan dalam kegiatan program pertukaran pelajar dan menyelesaikan skripsi tentu tidaklah mudah. Namun berkat kegigihan dan juga disiplin yang tinggi, ia mampu untuk meraih prestasi tidak hanya dalam bidang akademik saja, namun juga cemerlang di bidang nonakdemik. Menurutnya, berkat ketekunan dan konsisten lah yang membawanya sejauh ini bisa lulus lebih cepat. “Tekun terus walaupun misalnya lagi menghadapi hari-hari yang sulit, tetap harus dijalanin. Ya, memang kuncinya itu tekun dan konsisten aja gitu. Dan sadar bahwa nggak semua hari itu happy. Jadi nggak apa-apa, tapi jalan aja. Jangan sampai berhenti,” kenangnya.
Terkait skripsinya, ia mengambil judul National Social Housing Policy for the Indonesian Middle Class: Policy Learning from the Netherlands. Penelitiannya ini tentang kebijakan social housing atau perumahan rakyat di Belanda yang khususnya adalah diperuntukkan bagi kelas menengah dan bagaimana kebijakan di sana itu bisa menjadi best practice atau contoh pengalaman untuk Indonesia. Ia mengambil teori dari Wilson (2019) tentang Contemporary Policy Learning Theory. Sedang data primer, ia ambil dari 2 representatif orang Belanda yang bekerja di Housing Association dan satu akademisi yang ahli di bidang di housing market, yang juga merupakan dosennya. Lalu sebagai data sekunder, ia melakukan wawancara dengan 2 orang representatif dari PUPR Indonesia. “Waktu itu di semester 5 dan aku pulang dari Belanda langsung sempro (seminar proposal), habis itu langsung analisis data. Jadi sebelum KKN, skripsi sudah selesai tinggal revisi aja. Selesai KKN, itu udah bener-bener selesai revisiannya juga, jadi tinggal nunggu nilai KKN langsung bisa sidang,” jelasnya.
Terakhir, ia berpesan bahwa jalan setiap orang tidaklah sama karena memiliki waktu dan jalannya masing-masing. Baginya, capaian yang ia dapat sebagai lulusan tercepat pada wisuda kali ini memiliki tujuan mulia untuk membanggakan kedua orang tuanya.“Aku disini 3 tahun itu karena memang ada berbagai alasan yang aku pertimbangkan secara pribadi dan aku merasa gak semua orang harus seperti itu,” pungkasnya.
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. Trixi
