Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan sekaligus seremoni penandatanganan nota kesepahaman dengan PT Cosmo GFRP Indonesia, di Ruang Tamu Rektor UGM, Kamis (4/12). Agenda ini merupakan pembuka peluang penguatan kemitraan antara Fakultas Teknik UGM dengan PT Cosmo GFRP Indonesia dalam memperkuat bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Perusahaan ini merupakan industri bidang manufaktur umum yang bergerak dibidang produksi material konstruksi ramah lingkungan. Industri memproduksi barang dengan menggunakan teknologi GFRP (Glass Fiber Reinforced Polymer). Teknologi ini dinilai memiliki potensi besar untuk menjawab kebutuhan material masa depan yang lebih kuat, tahan korosi, dan efisien.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., menyampaikan apresiasinya atas inisiatif kerja sama ini. Ia menilai teknologi dan produk GFRP sangat relevan dengan kebutuhan riset dan pengembangan di Fakultas Teknik, terutama pada bidang teknik sipil. “Kami berharap, kerja sama ini dapat ditindaklanjuti secara lebih konkret, terutama untuk penelitian bersama dan pengembangan produk,” ujar Danang.
Danang juga menambahkan bahwa kolaborasi ini berpotensi diperluas tidak hanya antara UGM dan Cosmo, tetapi juga menggandeng Seoul National University (SNU) yang telah lama menjadi mitra UGM. Menurutnya sinergi tiga pihak dinilai dapat mempercepat lahirnya produk rekognisi global, penelitian bersama, hingga pertukaran mahasiswa.
Perwakilan PT Cosmo GFRP Indonesia, Mr. Park Se Kil, menyampaikan antusiasme perusahaan dalam membuka ruang kolaborasi dengan UGM. Ia mengungkapkan bahwa banyak riset terkait serat kaca dan material komposit tengah berkembang di SNU, dan peluang ini dapat dihubungkan dengan kapasitas riset yang dimiliki UGM.
Park menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi bahan baku yang sangat besar, termasuk ketersediaan silika dari aktivitas vulkanik. Sumber daya tersebut membuka peluang jangka panjang untuk mengembangkan produksi serat kaca langsung di Indonesia. “Jika Indonesia bisa memproduksi bahan baku serat kaca sendiri, pasarnya sangat besar. Kami berharap kerja sama dengan universitas dapat memperluas riset dan menghasilkan inovasi baru,” ujarnya.
Guru Besar Fakultas Teknik, Prof. Ir. Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D., IPU., ACPE., turut menyampaikan bahwa Indonesia menghadapi tantangan berat terkait tingkat korosi yang tinggi, terutama di wilayah pesisir dan daerah dengan curah hujan besar. Oleh karena itu, material GFRP yang tahan korosi dinilai menjadi solusi tepat untuk konstruksi jangka panjang. “Jika kita dapat memproduksi seratnya sendiri, itu akan menjadi kuncinya. Kita memiliki sumber daya mineral yang melimpah,” tambahnya.
Danang menutup pertemuan dengan menegaskan bahwa kolaborasi antara industri dan universitas seperti ini merupakan model ideal untuk mempercepat inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ia mengungkapkan semangatnya akan kerja sama ini yang tidak hanya bermanfaat bagi UGM dan Cosmo, tetapi juga membuka peluang kolaborasi internasional. “Kami siap mendukung riset efisiensi, pengembangan produk, dan kegiatan R and D lainnya,” ujarnya.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto
