Fakultas Filsafat UGM menyelenggarakan Summer Course on Contemporary Issues on Ethics and Applied Philosophy pada 3-9 November 2019. Sebanyak 18 mahasiswa asing asal Australia, Timor Leste, Nepal, Myanmar, Thailand, serta beberapa negara Timur Tengah dan Afrika mengikuti Summer Course bersama 6 mahasiswa dari Fakultas Filsafat UGM.
Dalam kegiatan ini, para peserta akan mengikuti sesi perkuliahan terkait isu ideologi, politik, demokrasi, serta berbagai isu lainnya. Pada sesi pertama, Senin (11/4), Guru Besar Fakultas Filsafat, Prof. Mukhtasar Syamsuddin, Ph.D., memberikan materi bertajuk “Pancasila as Ethical Foundation for Political Judgment”.
“Politik Indonesia didasarkan pada Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara yang dirumuskan oleh para bapak pendiri negara,” ujar Mukhtasar.
Dengan munculnya berbagai persoalan di arena politik dan kebijakan publik, pertanyaan mengenai peran etika dan filsafat terapan menjadi sangat penting untuk dijawab.
Isu kontemporer terkait nilai filsafat dan etika yang mendasari politik dan kebijakan publik di antaranya meliputi perlindungan terhadap kelompok minoritas di dalam demokrasi, legitimasi politik dalam masyarakat post-truth, praktik kepemimpinan dalam mewujudkan kesejahteraan publik, hak perempuan, dan lainnya.
Kepada para peserta summer course, Mukhtasar memaparkan makna serta sejarah munculnya Pancasila, juga proses-proses yang berlangsung untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang sah dan dimuat di dalam konstitusi.
Materi ini menarik minat para peserta, terbukti dengan beragam pertanyaan yang diajukan untuk memperdalam pemahaman mereka mengenai pengaruh Pancasila dalam keseharian masyarakat Indonesia serta beberapa isu terkait penerapan Pancasila dalam konteks bernegara.
Salah satu isu yang dibahas adalah radikalisme. Radikalisme, menurut Mukhtasar, adalah sistem pemikiran yang tidak bisa disepelekan karena menjadi dasar dari munculnya terorisme.
“Segala cara hidup yang tidak sesuai dengan arti dan prinsip Pancasila itu bisa disebut radikal. Karena itu di Indonesia ada pelajaran tentang Pancasila yang diajarkan tidak hanya di perguruan tinggi tapi dari pendidikan dasar,” ucapnya.
Kegiatan ini didesain untuk mengangkat kebutuhan untuk membuat filsafat praktikal dan etika kembali berkembang dengan tantangan kebijakan publik dan politik kontemporer di Indonesia dan bahkan di negara-negara lain.
Selain tema terkait Pancasila, materi yang dibahas di dalam kelas antara lain “Pollster and Political Legitimacy” yang disampaikan oleh Prof. Mohd Kamarulnizam Abdullah (Universiti Utara Malaysia), “Minorities and Political Rights” oleh Dr. Jamie Davidson (Singapore), “International Humanitarian Aids and State Sovereignty” oleh Dr. Lina Gong (RSIS), serta “Women Participation in Politics” oleh Dr. Khin Khin Soe (University of Yangon, Myanmar).
Di samping para pembicara dari luar negeri, beberapa dosen UGM, seperti Drs. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D., Samsul Ma’arif M, S.Fil., M.A, dan Achmad Munjid juga akan menjadi pembicara dalam beberapa kelas. (Humas UGM/Gloria)