Kiprah akademisi Universitas Gadjah Mada kembali mengemuka di forum global. Dosen Fakultas Geografi UGM, Prof. Rini Rachmawati, terlibat sebagai pakar atau expert dalam UN-Habitat Global Expert Working Group on the International Guidelines for People-Centred Smart Cities atau Kelompok Kerja Pakar Global Habitat tentang Pedoman Internasional untuk Kota Pintar yang Berpusat pada Manusia yang digelar di Kota Baku, Azerbaijan, pada 4–5 Desember silam. Forum ini mempertemukan para pakar dari berbagai negara untuk merumuskan pedoman internasional pengembangan smart city yang menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan. Kehadiran Rini sekaligus menegaskan kontribusi keilmuan Indonesia dalam penyusunan kebijakan perkotaan global di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Penunjukan Rini sebagai expert merupakan hasil proses seleksi yang dilakukan sejak 2023. Ia diajukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Dalam Negeri untuk mengikuti seleksi pakar UN-Habitat. Dari proses tersebut, ia terpilih sebagai salah satu expert yang mewakili Indonesia bersama para pakar dari berbagai negara. “Penunjukan ini sangat bermakna karena saya dapat menyampaikan praktik baik pengembangan dan implementasi smart city di Indonesia kepada UN-Habitat,” ujarnya, Kamis (18/12).
Pengalaman panjang mendampingi pemerintah daerah menjadi modal penting dalam kontribusinya. Selama lebih dari tujuh tahun, Rini terlibat dalam penyusunan dan evaluasi master plan smart city di berbagai kota, kabupaten, dan provinsi. Ia juga mendampingi daerah yang secara mandiri menyusun serta memperbarui dokumen perencanaan smart city sesuai dinamika perkotaan. “Diskusi teori, konsep, dan praktik implementasi smart city telah saya lakukan secara berkelanjutan bersama pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan,” tutur Rini.

Kontribusi tersebut diperkuat melalui kegiatan akademik berskala internasional. Fakultas Geografi UGM bersama Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM secara rutin menyelenggarakan program summer course tentang smart city, smart village, dan transformasi digital masyarakat. Program ini melibatkan pengajar ahli serta peserta dari berbagai negara, sehingga memperkaya perspektif global dalam pengembangan smart city. “Pengalaman akademik dan riset inilah yang menjadi dasar saya dalam memberi masukan substansial bagi penyusunan People-Centred Smart Cities Guidelines,” katanya.
Dalam Expert Working Group keempat di Baku, Rini menyampaikan sejumlah gagasan strategis. Ia menekankan pentingnya penerapan pedoman melalui proyek percontohan di kota-kota terpilih serta evaluasi implementasi secara berkelanjutan. Selain itu, ia mendorong pelibatan para expert sebagai fasilitator pengenalan pedoman melalui pelatihan bagi pemerintah dan akademisi di berbagai negara. “Pedoman ini perlu dipahami luas agar dapat diimplementasikan secara efektif di tingkat nasional dan lokal,” jelasnya
People-Centred Smart Cities Guidelines menempatkan manusia sebagai inti pembangunan kota. Pedoman ini menegaskan empat prinsip utama yang mencakup kemakmuran bersama, hak asasi manusia digital yang inklusif, keberlanjutan dan ketahanan, serta partisipasi dan kolaborasi masyarakat. Pendekatan tersebut memastikan bahwa infrastruktur fisik, sosial, dan digital berkontribusi pada kota yang berkelanjutan dan menghormati hak asasi manusia. “Guideline ini menekankan bahwa kota cerdas tidak semata bertumpu pada teknologi, melainkan pada kesejahteraan dan keterlibatan warga,” ujarnya
Sebagai pakar geografi perkotaan, Rini menilai disiplin geografi memiliki peran strategis dalam pengembangan smart city. Pendekatan kewilayahan, keruangan, dan kelingkungan, membantu memahami keragaman karakter kota serta kebutuhan spesifik tiap wilayah. Analisis spasial dan integrasi data geospasial menjadi fondasi penting dalam perencanaan dan implementasi kota cerdas yang adaptif. “Geografi perkotaan memberikan kerangka komprehensif untuk memahami dinamika kota dan mendukung pengembangan smart city yang berkelanjutan,” katanya.
Ke depan, pedoman People-Centred Smart Cities dijadwalkan diluncurkan pada World Urban Forum ke-13 yang akan berlangsung di Baku, Azerbaijan, pada Mei 2026. Forum ini merupakan ajang global terbesar di bawah UN-Habitat yang mempertemukan pemerintah, akademisi, dan pemangku kepentingan pembangunan perkotaan dari berbagai negara. Peluncuran di WUF 13 menandai posisi pedoman ini sebagai rujukan internasional dalam pengembangan kebijakan kota cerdas berbasis manusia. “Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bersama bagi negara-negara anggota, termasuk Indonesia, dalam menyelaraskan kebijakan dan praktik pembangunan perkotaan,” ujarnya.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Dok. Peneliti
