Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini menjadi 65 juta pelaku usaha yang mampu memberikan kontribusi sebesar 60,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun begitu, pelaku UMKM belum sepenuhnya mendapat perhatian dan perlindungan sepenuhnya dari pemerintah. Oleh karena itu, pemberdayaan dan pendampingan serta konsolidasi antar pelaku UMKM sangat diperlukan untuk menjaga produktivitasnya di tengah kelesuan ekonomi global. Hal itu mengemuka dalam pembukaan Temu Bisnis Nasional UMKM V yang dihadiri oleh 500 pelaku UMKM, Rabu (26/10) di Ruang Seminar University Club UGM.
Dalam kegiatan temu bisnis yang diselenggarakan rutin setiap tahun oleh Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM ini menghadirkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahudin Uno secara daring, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Dr. Arie Sudjito, M.Si., dan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi.
Menteri Sandiaga Uno mengatakan jumlah pelaku UMKM mencapai 65 juta pelaku usaha yang mampu memberikan kontribusi pada PDB sebesar 60,56 persen. Pihaknya menargetkan 30 juta UMKM sudah yang akan bertransformasi ke ekosistem digital pada tahun 2024. “Semua diarahkan ke ekonomi digital. Kenaikan ekonomi digital kita capai 49 persen dan kontribusi terbesar pada e-commerce. Lebih dari 20 juta UMKM sudah bertransformasi ke ekosistem digital,” paparnya.
Menurutnya, banyak peluang yang bisa dibuka dan dikembangkan pada pengembangan UMKM untuk menuju ke ekosistem ekonomi digital sehingga memerlukan dukungan dari pemerintah untuk mendorong lahirnya banyak inovasi. “Banyak peluang bisa dibuka. Saya yakin UMKM butuh dukungan pemerintah,” katanya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Dr. Arie Sudjito, M.Si., mengatakan keberadaan UMKM menjadi kekuatan ekonomi riil di Indonesia dan memberikan berkontribusi besar. Meski pelaku UMKM terkena dampak pandemi akibat larangan mobilitas masyarakat bepergian, namun dengan adanya kebijakan tatanan normal baru sekarang ini menjadi momentum kebangkitan UMKM untuk bangkit dan bersinergi. “Upaya kebangkitan mulai tumbuh. Daerah yang mengandalkan jasa dari mobilitas orang dengan jumlah 65 juta pelaku usaha memberikan kontribusi besar dan modal bagi kita untuk bangkit,” katanya.
Yang tidak kalah penting menurut Arie Sudjito adalah upaya pemerintah memberikan perlindungan sosial, peningkatan literasi digital dan kegiatan promosi menembus pasar global perlu diupayakan oleh pemerintah. “UMKM jangan dibiarkan dan hidup sendiri. Mereka harus saling berkonsolidasi. Saya kira forum ini menjadi bagian forum membangun solidaritas dan jaringan. Kita harus bangkit dari bawah, di saat ekonomi global yang mengalami kelesuan,” tegasnya.
Sementara Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam pidato sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, mengatakan tantangan terbesar bagi UMKM adalah proses transformasi menuju ekosistem usaha yang mampu menghasilkan produk berkualitas dan selaras dengan industri 4.0 serta tangguh dan adaptif terhadap krisis.
Penulis: Gusti Grehenson