Universitas Gadjah Mada (UGM) berpartisipasi dalam SEARCA University Consortium (UC) Faculty Forum yang dihelat di Los Banos, Filipina pada 23-25 Juli 2019.
Acara ini merupakan forum pertama yang diselenggarakan oleh SEARCA dan University of the Philippines Los Banos yang bertindak sebagai tuan rumah. Forum ini menjadi tindak lanjut dari salah satu poin yang dihasilkan dalam SEARCA Executive Board Meeting ke-31 yang berlangsung di UGM pada 13-14 November 2018 lalu.
Kegiatan diikuti sekitar 90 orang dari berbagai universitas dunia anggota SEARCA. Mengangkat tema “Responding to the Challanges of the Fourth Industrial Revolution” kegiatan ini menjadi ajang pertukaran gagasan riset dan membangun strategi kerja sama bagi anggota SEARCA University Consortium.
Dalam kesempatan itu, UGM sebagai anggota aktif SEARCA mengirim 6 orang delegasi, yaitu Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut, M.Sc (Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik UGM), Bambang Suwignyo, S.Pt, MP, PhD, IPM (Wakil Dekan Bidang Riset, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Peternakan UGM), Dr. Lestari Rahayu Waluyati (Fakultas Pertanian UGM), Dr. Ngadisih (Fakultas Teknologi Pertanian UGM), Muhammad Chisna Satriagasa (Fakultas Kehutanan UGM) dan Heni Puji Astuti (staf PIKA).
Kepala PIKA UGM, Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut, M.Sc., mengatakan UGM sebagai salah satu pendiri SEARCA terus menginisiasi berbagai program baru sebagai bentuk respons perkembangan zaman dan teknologi. Revolusi Industri 4.0 memberikan peluang sekaligus tantangan dalam berbagai bidang termasuk pendidikan bidang Agro-komplek.
Menurutnya, inovasi akademik menjadi kunci keberlanjutan pendidikan di Agro-komplek yang harus disinergikan dengan penelitian dan program pengabdian kepada masyarakat.
“UGM telah menawarkan kepada anggota konsorsium SEARCA untuk memperluas kolaborasi di berbagai bidang ilmu Agro-komplek dan mendorong lahirnya berbagai inovasi baru,”sebutnya dalam keterangan tertulis yang diterima Rabu (24/7).
Dia menyebutkan saat ini UGM juga menyediakan 25 kuota beasiswa program pascasarjana yang diperuntukan bagi mahasiswa dari negara anggota ASEAN. Tantangan kedepan, kata dia, adalah menjadikan SEARCA sebagai lembaga kolaborasi dan mengembangkan program yang telah ada dari anggota SEARCA University Consortium untuk diadopsi menjadi program SEARCA.
Sementara itu, Bambang Suwignyo, Ph.D., menyatakan bahwa forum ini penting dalam upaya memperbesar peluang kerja sama yang saling menguatkan antar kampus lingkup agro komplek anggota konsorsium SEARCA. Tak hanya itu, juga memperluas kerja sama dengan universitas afiliasi SEARCA, yaitu dari Jepang dan Taiwan. (Humas UGM/Ika)