
Departemen Teknik Geologi UGM menyelenggarakan International Summer Field Course in Geosciences (ISFCG) 2019. Dalam penyelenggaraan ini, Departemen Teknik Geologi UGM berkolaborasi dengan beberapa kampus, termasuk dari dalam UGM sendiri, seperti Departemen Fisika UGM, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, Magister Manajemen Bencana Alam UGM, dan Depertemen Teknik Geologi UNDIP. Selain itu, Teknik Geologi juga bekerja sama dengan Fakultas Georesources and Material Engineering RWTH Aachen University, Jerman.
Para peserta berasal dari berbagai negara di Asia, seperti Jepang, Malaysia, Myanmar, dan Vietnam serta dari Jerman. Total terdapat 33 peserta master asal luar negeri dan 13 peserta master asal Indonesia. Selain itu, terdapat pula 11 pengawas tamu dari luar negeri dan 15 pengawas dari Indonesia.
Kegiatan ini akan berlangsung dari 15 hingga 27 Juli 2019 dan terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, peserta akan mengunjungi UGM kemudian dilanjutkan wisata ke Candi Borobudur, Gunung Merapi, dan Museum Merapi. Setelah itu, mereka akan ke Semarang untuk mengunjungi UNDIP, dilanjutkan kunjungan ke Brown Canyon, Waduk Jatibarang, dan Kota Lama. Setelah enam hari kuliah di lapangan, para peserta akan difokuskan di Kampus Geologi Bayat, Klaten.
Pada bagian kedua, para peserta akan melakukan wisata kars ke Goa Pindul dan Kali Suci di Gunung Kidul, dilanjutkan bermalam di Pantai Indrayanti. Setelahnya, peserta akan berangkat ke Pasuruan untuk wisata hidrologi di Danone dan Mata Air Umbulan, dilanjutkan tracking dan wisata ke Gunung Bromo. Kegiatan diakhiri dengan kunjungan ke museum nasional dan beberapa lokasi di Surabaya.
Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., Rektor UGM, yang hadir pada malam pembukaan ISFCG 2019 pada Senin (15/7) malam di Balairung UGM, mengucapkan selamat datang kepada para peserta di Yogyakarta. Ia menyampaikan Indonesia cocok dijadikan sebagai tuan rumah kegiatan ini. Hal itu karena posisinya yang berada di atas ring of fire dengan banyaknya gunung berapi dan lempeng.
Panut juga berpesan bahwa kegiatan ini tidak hanya sebagai sarana bertukar pengetahuan tentang geoscience saja, tapi juga sekaligus menjadi media membangun koneksi pertemanan. Ia juga berharap seusai kegiatan ini tidak menjadi akhir dari kolaborasi, namun membuka peluang untuk kolaborasi-kolaborasi di bidang lain ke depannnya. “Mari menikmati kegiatan ini, tidak hanya untuk tujuan pengetahuan semata. Nikmati pula budaya serta kehidupan di Indonesia,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)