
Salah satu hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa angka prevalensi gangguan jiwa di Indonesia meningkat secara signifikan, dari sebesar 1,7 persen di 2013 menjadi 7 persen di 2018. Berbagai upaya untuk mempromosikan dan meningkatkan literasi kesehatan mental semakin perlu digencarkan agar dapat menekan angka prevalensi gangguan jiwa tersebut.
Upaya yang dilakukan perlu melibatkan berbagai pihak dalam mengatasi isu ini, seperti instansi pemerintah, lingkungan kerja, lingkungan sekolah, komunitas, bahkan keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran penting dalam pembentukan pribadi yang sehat fisik maupun mental menjadi salah satu pihak yang paling diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam mengatasi isu kesehatan mental.
Dalam rangka meningkatkan upaya promosi dan literasi masyarakat mengenai kesehatan mental, Center for Public Mental Health (CPMH) UGM menyelenggarakan Public Mental Health Weeks (PMHW) 2019 yang diselenggarakan pada bulan Juli 2019. PMHW 2019 terdiri dari beberapa rangkaian acara.
Rangkaian ini dimulai dengan International Convention on Common Mental Disorders pada 6-7 Juli 2019. Kegiatan ini ditujukan kepada para praktisi, pemangku kebijakan di bidang kesehatan, dan profesional lain di bidang kesehatan mental. Pembicara internasional yang terlibat, yaitu A/Prof Grant Blashki, Prof. Theo Bouman, and Aliza Hunt (Ph.D cand.).
Rangkaian PMHW 2019 selanjutnya, yaitu The 3rd International Summer Course on Advocacy Skills in Mental Health System Development: From Research to Policy. Kegiatan kursus singkat ini akan dilaksanakan pada 8-13 Juli 2019 dan mengundang para pakar di bidang ketahanan keluarga dan kesehatan mental yang berasal dari berbagai universitas dan negara di dunia. Para pakar yang terlibat dalam kegiatan ini sebagai pembicara, yaitu Prof. Harry Minas, Prof. Byron Good, Prof. Theo Bouman, Dr. John DeFrain, Dr. Diana Setiyawati, dan Aliza Hunt.
Para pembicara akan menyampaikan beragam materi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam memahami dasar-dasar advokasi yang berkaitan dengan promosi kesehatan mental dan ketahanan keluarga. Para pakar dengan pembicara yang berasal dari berbagai negara yang memiliki latar belakang profesional, pemangku kebijakan, dan praktisi di bidang kesehatan mental dan ketahanan keluarga. Kursus ini diharapkan mampu berkontribusi pada pencapaian salah satunya Sustainable Development Goals.
Rangkaian PMHW 2019 ditutup dengan diselenggarakannya International Convention on Family Strengthening pada tanggal 16-17 Juli 2019. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi mengenai ketahanan keluarga dan mempromosikan keluarga sebagai bagian dari komunitas untuk menjawab isu-isu kesehatan mental. Kegiatan ini ditujukan kepada peneliti, psikolog, pembuat kebijakan, profesional lain di bidang keluarga, dan masyarakat umum. Pembicara internasional dalam kegiatan ini, yaitu Dr. John DeFrain, yang merupakan pakar di bidang pernikahan dan keluarga.
Dr. Diana Setiawati P, M.Hsc.Psy, Ph.D, DIrektur CPMH UGM, menyebut rangkaian acara ini merupakan langkah advokasi untuk pengembangan sistem ketahanan kesehatan mental. Advokasi tersebut, menurutnya, tengah digerakkan oleh CPMH selama ini. “Walaupun PMHW baru tahun ini tetapi penyelenggaraan Intenational Summer Course yang sudah masuk tahun ketiganya ini,” ungkapnya.
Diana memaparkan pengangkatan tema ketahanan keluarga karena ini bagian dari rencana panjang yang diadvokasi CPMH. “Tahun pertama International Summer Course, kami mengangkat tema pasung, tahun kedua tentang depresi, lalu tahun ini ketahanan keluarga. Kedepannya bisa tema-tema lain seputar itu, seperti bunuh diri atau sistem kesehatan jiwa berbasis sekolah,” ujarnya.
Terakhir, Diana berpesan bahwa kesehatan mental berkaitan dengan banyak hal. Ia mengungkapkan banyak penelitian sudah dilakukan, tetapi hasilnya banyak diragukan masyarakat umum karena yang kesehatan mental adalah pengalaman personal yang kadang tidak terlalu empiris. Oleh karena itu, ia bersama rekan-rekannya di CPMH UGM terus berjuang untuk mengadvokasinya.
“Kami akan terus melanjutkan proses advokasi ini. Sebagai bagian dari UGM, kami juga mempromosikan UGM sebagai health promoting university. Melalui acara ini, kami ingin menciptakan aktivis yang memperjuangkan kesehatan mental melalui riset, pelatihan, serta publikasi. Tujuannya untuk mencapai Indonesia sehat, baik secara fisik maupun mental,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)