Rumput laut tersedia melimpah di sepanjang pesisir pantai. Namun begitu, belum banyak dimanfaatkan. Apabila dimanfaatkan secara maksimal maka potensinya bisa meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dan nelayan. Selama ini rumput laut hanya digunakan sebaga bahan makanan tambahan, sayuran dan obat tradisional.
Dalam lima tahun terakhir, dosen dari Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM, Dr. Alim Isnansetyo, berhasil mengembangkan senyawa alginat dari rumput laut coklat (Sargassum polycystum) sebagai bahan imunostimulan atau peningkat daya tahan tubuh ikan. “Kita sudah uji coba pada ikan lele dan udang dan hasilnya cukup bagus,” kata Alim Isnansetyo saat ditemui usai menjadi pembicara kunci dalam pertemuan para peneliti perikanan dan kelautan dalam International Symposium on Maribe anda Fisheries Research (ISMFR), Selasa (9/7), di Convention Center Hotel Alana Yogyakarta.
Alim menyebutkan penelitiannya sudah dilakukan dalam lima tahun terakhir dan saat ini tengah pengajuan paten. Pemilihan rumput laut coklat atau alga coklat dikarenakan mudah tumbuh di wilayah pesisir. Sumber daya alam hayati ini banyak mengandung bahan senyawa bioaktif dan polisakarida. “Bahan bioaktif dan polisakarida cukup tinggi, senyawa alginat sering digunakan untuk bahan pengental di industri makanan dan bahan pencetak gigi di bidang kedokteran,” katanya.
Pemanfaatan Alginat sebagai imunostimulan pada tubuh ikan dan udang, menurutnya, cukup efektif, sebab dari beberapa kali percobaan yang sudah dilakukan dengan pemberlakuan pemberian imunostimulan bisa meningkatkan daya tahan ikan untuk bertahan hidup jadi lebih lama hingga delapan puluh persen. “Dibanding yang tidak diberikan kemampuan bertahan hidupnya hanya sampai 30 persen saja,” ujarnya.
Penelitian pengembangan imunistimulan dari bahan rumput laut coklat ini produknya dalam bentuk bubuk atau powder yang dicampur pada pakan ikan. “Tahun ini kita akan coba pada ikan kakap seberapa jauh hasilnya,” katanya.
Selain senyawa alginat, pihamya tengah mengombinasikan turunan dari bahan senyawa yang terkandung pada rumput laut yang kini dikembangkan sebagai bahan untuk anti kanker. “Kita tengah meneli bahan senyawa lain untuk anti kanker,” ujarnya.
Seperti diketahui, simposium yang diselenggarakan oleh Departemen Perikanan UGM setiap dua tahun sekali ini dihadiri lebih dari 158 peneliti yang berasal dari Indonesia, Tiongkok, Jepang, dan Filipina. Untuk penyelenggaraan ISMFR ke-3 ini sebanyak 98 orang akan menyampaikan presentasi makalah dan 40 orang jadi presenter poster. Sementara 8 pembicara utama dihadirkan berasal dari Indonesia, Tiongkok, Korea, Malaysia, dan Thailand. (Humas UGM/Gusti Grehenson)