YOGYAKARTA – Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa, Universitas Gadjah Mada berencana akan mengadakan seminar nasional ‘Pancasila untuk Indonesia dan dunia’, pada hari Senin, 19 September 2011 di Balai senat UGM. Ketua panitia seminar Prof. Dr. Ir. Irham, M.Sc kepada wartawan mengatakan seminar ini dimaksudkan untuk membangkitkan kembalil ingatan publik tentang momen sejarah penting tentang pidato monumental tentang konsep pancasila sebagai dasar filsafat Negara yang dilakukan saat prosesi penganugerahan gelar doktor honoris causa bidang ilmu hukum kepada Ir Soekarno pada 19 September 1951 di Siti Hinggil Kraton Yogyakarta.
“Saat itu UGM menganugerahkan gelar doktor honoris causa dalam bidang ilmu hukum kepada Ir. Soekarno yang dianggap berjasa sebagai penggali pancasila,” kata Irham, Rabu (14/9).
Dia menambahkan, dalam upacara penganugerahan doktor honoris causa itu, Prof. Notonagoro selaku promotor membacakan naskah pidato yang sangat monumental, ‘Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia’. Menurut Irham, naskah pidato itu hingga saat ini banyak dikutip dan diterapkan oleh Negara dalam meletakkkan dasar-dasar filsafat Negara.
Ketua Tim Ahli PSP UGM Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A (K)., menuturkan pemberian gelar honoris causa dari Universitas Gadjah Mada kepada Ir. Soekarno tidak asal sembarang. Dipertimbangkan secara matang dengan melihat kondisi psikologis rakyat Indonesia ketika itu. Melalui mekanisme usulan dari senat universitas gadjah mada serta menunjuk Prof. Notonagoro selaku promotor, akhirnya memutuskan Ir. Soekarno layak menerima gelar tersebut atas dedikasinya sebagai pencipta pancasila. Meski dalam upacara penganugerahan, Soekarno enggan disebut sebagai ‘pencipta’, melainkan sebagai ‘penggali’ pancasila. “Pemberian gelar honoris causa ini merupakan untuk pertama kalinya dilakukan oleh UGM,” katanya.
Sutaryo menambahkan, Soekarno tidak hanya dianggap berjasa membidani lahirnya pancasila, namun ia dinilai konsisten mengamalkan nilai-nilai pancasila ketika itu. Sutaryo menyebutkan, salah satu kegiatan rutin yang dilakukan Soekarno sewaktu itu adalah mengajarkan kursus singkat tentang pancasila di kalangan para pemudi. Kursus singkat ini berlangsung di kompleks istana kepresidenan Yogyakarta. “Meski hanya berlangsung dua jam, diikuti 400-an perempuan dan ibu-ibu pedagang pasar dan buruh gendong,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)