Pemasangan implan gigi merupakan teknik baru untuk mengganti gigi yang hilang, misalnya akibat tanggal atau berlubang yang sudah tanpa akar. Dengan teknik implan, gigi tidak perlu dilepas seperti gigi palsu lepasan atau gigi tiruan karena memiliki akar yang ditanam dalam tulang. “Pemasangan implan pada dasarnya dua tahap. Tahap pertama, pemasangan implan itu sendiri. Kemudian, setelah kokoh dalam tulang rahang pasien, tahap berikutnya adalah pemasangan gigi palsunya,” kata Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof. Soedomo FKG UGM, Prof. Dr. Munakhir Mudjosemedi, dalam seminar tentang gangguan sendi rahang, Selasa (12/01/2010), di FKG UGM.
Sampai saat ini, pusat implan di RSGM Prof. Soedomo telah melakukan pemasangan implan kepada 133 pasien. Dalam pengamatan klinis, kegagalan hanya 7 kali atau sekitar 5,2 persen. Kegagalan antara lain disebabkan oleh faktor umur dan perawatan pasca pemasangan implan. “Ke depan, perlu dicari pemecahan agar kegagalan mencapai nol persen,” kata Munakhir.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pemasangan implan, tambah Munakhir, RSGM Prof. Soedomo telah melakukan kerja sama dengan lembaga Trinon, Jerman. Selain itu, telah dilaksanakan pula penelitian unggulan implan oleh para staf peneliti FKG UGM. RSGM Prof. Soedomo juga mengadakan kursus pendek bagi para dokter gigi yang berminat untuk memperdalam implan. Kursus dibagi dua, yakni untuk peserta dalam negeri dan peserta luar negeri.
Dalam kesempatan tersebut, Munakhir juga melaporkan perkembangan pelayanan jumlah pasien di RSGM Prof. Soedomo selama empat tahun sejak berdirinya. Disebutkannya bahwa jumlah pasien mengalami peningkatan. Saat ini, rata-rata pasien setiap bulan berjumlah 3.000 kunjungan, yang dikerjakan oleh calon dokter gigi, residen spesialis, dan dokter gigi RSGM Prof. Soedomo.
Untuk meningkatkan jumlah pasien, RSGM telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti GMC, Sekolah Pramugari di Yogyakarta, dan beberapa perusahaan. Selain itu, untuk menuju pelayanan yang lebih baik dan efisien, pihaknya kini mengembangkan sistem komputerisasi, mulai dari pendaftaran, rekam medis, hingga biaya yang harus dibayar. Sistem diharapkan sudah operasional pada bulan Maret 2010.
Dalam presentasi seminar tentang gangguan sendi rahang, drg. Haryo M. Dipoyono mengatakan gangguan sendi rahang banyak ditandai dengan nyeri saat menguap, berbicara, mengunyah, sendi mengeluarkan suara, merasa kaku, sakit kepala, nyeri wajah dan perubahan oklusi saat menggigit.
Karena sangat kompleks penyebabnya, menurut Haryo, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah tes pada permukaan sendi, area bilamer, translasi dan traksi pada kapsul dan ligament, pengujian fungsional otot-otot pengunyahan, teknik menggerakan dan tes dinamis untuk membedakan kliking (bunyi sendi) pada gangguan sendi rahang. (Humas UGM/Gusti Grehenson)