Dinamika spasial penggunaan lahan pada sistem daerah aliran sungai (DAS) memengaruhi kondisi limpasan dan aliran sungai. Pada keadaan ekstrim, perubahan keseimbangan antara hujan dengan limpasan akan berjalan sangat cepat sehingga menimbulkan ancaman bagi manusia dan lingkungan, seperti terjadinya banjir dan longsor.
Menurut dosen Jurusan Geografi FIS, Universitas Negeri Semarang, Dra. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si., fenomena dinamika spasial penggunaan lahan akan berakibat pada perubahan limpasan permukaan (overland flow). Pada lahan bervegetasi lebat, air hujan yang jatuh akan tertahan pada vegetasi dan meresap ke dalam tanah melalui seresah daun di permukaan tanah sehingga limpasan yang terjadi kecil. Sementara pada lahan terbuka atau tanpa vegetasi, sebagian besar air hujan akan menjadi limpasan permukaan dan mengalir menuju sungai sehingga air sungai mengalir dengan cepat. "Semua ini akibat kebutuhan hidup manusia akan lahan untuk tempat dan aktivitasnya semakin meningkat," kata Dewi Liesnoor, Sabtu (13/2), di Fakultas Geografi UGM saat menempuh ujian terbuka program doktor.
Dari penelitian yang dilakukannya di DAS Kreo, wilayah Kota Semarang, Kabupaten Ungaran, dan Kabupaten Kendal memperlihatkan kecenderungan dinamika spasial penggunaan lahan di DAS Kreo berupa penurunan luas lahan hutan seluas 62,9 ha atau 6,6%. Di samping itu, terjadi pula penurunan lahan terbuka seluas 114,6 ha atau 69,4%, rumput/semak/belukar seluas 38,4 ha atau 27,1%, sawah seluas 86,1 ha atau 4,4%, dan tegalan 19,2 ha atau 5,3%. Peningkatan luas penggunaan lahan terjadi pada kebun cempuran sebesar 27,6 ha (1,2%), permukiman teratur 43,3 ha, permukiman tidak teratur 80,8 ha (13,1%), dan perkebunan 169,5 ha (58,2%).
Di hadapan tim penguji, promovenda mengungkapkan perubahan penggunaan lahan di DAS Kreo diikuti dengan peningkatan aliran permukaan sehingga terjadi peningkatan debit maksimum aliran sungai. Hal ini terlihat dari data debit maksimum Kali Kreo, terjadi peningkatan nilai debit maksimum, terutama pada tahun 1993, 2001, 2003, dan 2006. DAS Kreo ini berpotensi menyuplai aliran Kali Garang sebesar 40%. "Oleh karena itu, penelitian tentang kajian penggunaan lahan terhadap limpasan masih sangat diperlukan, antara lain, tentang pengaruh jenis penggunaan lahan terhadap limpasan dan kemampuan tanah dalam meresapkan air," jelas perempuan kelahiran Yogyakarta, 11 Agustus 1962 ini.
Dalam disertasi berjudul Hubungan Hujan dan Limpasan pada Berbagai Dinamika Spasial Penggunaan Lahan Di DAS Kreo Jawa Tengah, Dewi Liesnoor menyarankan untuk mengurangi lahan hutan yang berpotensi meningkatkan limpasan. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan perubahan pada lahan dengan mempertahankan luas tutupan vegetasi dan keberadaan seresah di permukaan tanah sehingga lahan mampu meresapkan air ke dalam tanah. Selain itu, perlu ada perubahan terhadap dinamika penggunaan yang dilakukan secara frontal untuk membangun kompleks perumahan, yaitu penambahan 50% permukiman. Dirinya juga menyarankan agar perumahan didesain sebagai permukiman perdesaan, bukan bangunan perkotaan, yakni dengan tetap mempertahankan penanaman pohon dengan tutupan vegetasi luas, sistem perakaran dalam, dan pembuatan sumur resapan pada setiap rumah. "Karenanya kompleks perumahan perlu dilengkapi dengan fasilitas taman dengan pohon besar berupa hutan kecil dan embung," tambah Dewi. (Humas UGM/ Agung)