Selama ini peternak kambing tradisional cenderung hanya memberikan rumput raja sebagai pakan basal tunggal. Rumput raja memang banyak dijumpai pada musim penghujan, tetapi pada musim kemarau jumlahnya menjadi sangat terbatas. Hal ini menyebabkan ketersediaan pakan ternak yang tidak berkesinambungan terjadi sepanjang tahun sehingga produktivitas ternak menjadi rendah.
drh. Sri Wigati, M.Agr.Sc., staf pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, menyebutkan penyebab utama rendahnya produktivitas anak serta induk kambing bligon adalah kurangnya asupan nutrisi/pakan terutama pada musim kemarau panjang. “Sebenarnya produk cassava atau ketela pohon sangat potensial untuk pakan ternak kambing. Daun maupun umbinya dapat digunakan sebagai pakan substitusi dari rumput raja serta dijadikan suplemen. Musim kemarau merupakan puncak produksi daun cassava sehingga bisa mengatasi masalah ketersediaan pakan. Namun, saat ini cassava belum begitu dimanfaatkan sebagai pakan ternak,” katanya, Senin (29/3), di Auditorium Fakultas Peternakan UGM.
Ditambahkan oleh wanita kelahiran Banyumas, 24 Desember 1964 ini, dari penelitian yang telah dilakukannya pada peternak di daerah Gunung Kidul, produk cassava terbukti mampu meningkatkan bobot anak dan induk kambing bligon secara signifikan. Produk cassava terbukti dapat memperbaiki kinerja anak kambing bligon karena memiliki kandungan sumber energi dan protein yang tinggi. “Penggunaan rumput raja sebagai pakan basal tunggal pada induk kambing dalam masa laktasi hanya menghasilkan peningkatan bobot induk sebesar 30,4 gram per ekor per hari. Sementara pada induk kambing bligon yang diberi pakan rumput raja, dengan diberi tambahan daun cassava kering bobotnya bisa meningkat sampai taraf yang cukup tinggi 88,0-90,1 gram per ekor per harinya,” terangnya di hadapan dewan penguji saat ujian terbuka program doktor.
Perbaikan pakan pada induk, lanjutnya, juga berpengaruh secara langsung terhadap bobot anak kambing bligon. Bobot anak kambing yang hanya mendapat pakan rumput raja hanya 65,8 gram per ekor per hari, sedangkan pada anak kambing dengan pemberian pakan substitusi mampu meningkatkan bobot sebesar 83,9-95,7 gram per ekor per hari. Hal ini menunjukkan perbaikan pakan pada induk dapat meningkatkan kinerja anak kambing bligon pada taraf optimal.
Disebutkan oleh wanita yang menjadi doktor ke-1187 UGM ini, penggunaan produk cassava juga terbukti mampu mengurangi risiko diare pada ternak. Daun cassava segar mengandung senyawa tannin yang tinggi sebesar 11% BK dan pada daun cassava kering sebesar 4,09% BK. Senyawa tannin diketahui memiliki potensi sebagai anthelmintik dan antioksida alamiah. Efek tannin sebagai anthelmintik dapat menghambat perkembangan larva cacing nematode, menurunkan populasi cacing dewasa, menurunkan fekunditas cacing betina dewasa, dan menurunkan jumlah telur yang dikeluarkan melalui feses.
Lebih lanjut dituturkan Sri Wigati, kebiasaan peternak menggunakan rumput raja sebagai pakan tunggal dengan sistem pemupukan tanaman pakan dengan pupuk kandang dari kotoran kambing berpeluang memunculkan kontaminasi parasit gastro intestinal yang tinggi. Infeksi cacing nematoda bersamaan dengan infeksi koksidia akan menimbulkan diare klinis ringan hingga berat. “Penggunaan rumput raja sebagai pakan tunggal pada anak kambing bligon menyebabkan tingkat kejadian diare yang tinggi (62,5%). Sementara itu, penggunaan daun cassava kering untuk mensubstitusi sebagian dari rumput raja, bisa menurunkan tingkat kejadian diare sampai dengan 0%,” jelasnya. (Humas UGM/Ika)