Kulon Progo (KU) – Mahasiswa KKN PPM UGM membina 21 kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Desa Margosari dan Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo. Kelompok tersebut terdiri atas 15 UPPKS di Desa Margosari dan 6 UPPKS di Desa Sendangsari.
Informasi itu disampaikan saat Ketua LPPM UGM, Prof. Dr. Ir. Danang Parikesit, M.Sc., beserta rombongan meninjau lokasi mahasiswa KKN PPM di Kulon Progo, Jumat (28/5).
Seperti dikatakan salah seorang mahasiswa KKN PPM Unit Kulon Progo, Bobby Rahmat, berdasarkan hasil pendataan mereka diketahui bahwa dari 15 UPPKS di Desa Margosari hanya 10 yang masih aktif. Sementara 3 sisanya tidak aktif lagi dan 2 UPPKS membubarkan diri karena sudah membentuk usaha mandiri. “Sedang di Desa Sendangsari, dari enam UPPKS, empat tidak aktif lagi dan dua masih berjalan,” ujarnya.
Program yang dilakukan mahasiswa selama dua bulan di lokasi, antara lain, membina 21 UPPKS dengan mengadakan berbagai kegiatan penyuluhan akses permodalan, pelatihan kewirausahaan, dan pelatihan administrasi. “Kita juga melakukan pelatihan pemberian keterampilan baru,” kata mahasiswa Fakultas Kehutanan ini.
Bobby menyebutkan dari 21 UPPKS yang ada di dua desa tersebut, dua di antaranya telah berhasil mengembangkan kelompok usahanya. Salah satunya adalah UPPKS ‘Melati’ yang terdapat di Desa Margosari. Kelompok ini berhasil memproduksi tas dari bahan enceng gondok. “Produk usahanya sudah diekspor ke Amerika dan Polandia,” kata Bobby.
UPPKS di Desa Sendangsari yang dinilai berhasil, menurut Bobby, adalah UPPKS ‘Mekarsari’ yang telah memiliki 25 anggota dengan usaha bersama membuat emping garut dan sale pisang. Beberapa UPPKS belum berhasil mengembangkan usaha karena masih terkendala akses modal dan belum meluasnya tingkat pemasaran. “Biasanya yang jadi masalah usaha sering macet karena tidak bisa bayar angsuran,” terangnya.
Danang Parikesit dalam dialog dengan 11 mahasiswa yang mengikuti program KKN PPM meminta untuk terus melakukan pemberdayaan dan pendampingan pada 21 kelompok UPPKS. Ia juga meminta mahasiswa menganalisis faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi UPPKS untuk mengembangkan usahanya. “Penting untuk mendata apakah mereka masih aktif dan apakah masih mereka memiliki kemauan untuk melanjutkan usahanya,” katanya.
Selain itu, Danang juga mengharapkan mahasiswa menganalisis indikator keberhasilan dari program yang selama ini telah dilakukan di lapangan. Dari indikator ini nantinya akan menjadi bahan evaluasi dan rujukan bagi kelanjutan pelaksanaan program KKN PPM selanjutnya. “Tidak mungkin bisa menyejahterahkan keluarga UPPKS dalam masa dua bulan. Program ini terus dilakukan secara berkelanjutan,” tambahnya. Menurut Danang, beberapa hal yang perlu dicermati sebagai ukuran keberhasilan keluarga UPPKS, selain faktor pendapatan, juga tingkat kesehatan, pendidikan, dan angka harapan hidup. (Humas UGM/Gusti Grehenson)