Sebanyak 69 tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) menerima SK pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Sebanyak 32 SK CPNS diserahkan kepada tenaga pendidik (dosen) dan tenaga medis untuk Rumah Sakit Akademik, sedangkan 37 SK diserahkan untuk tenaga kependidikan.
Penyerahan SK CPNS dilakukan oleh Direktur Sumber Daya Manusia UGM, Harjadi, S.H., M.M., bertempat di Ruang Multimedia, Senin (31/5). Dijelaskan bahwa 37 SK CPNS bagi tenaga kependidikan merupakan bagian dari 279 tenaga honorer yang diusulkan untuk mendapatkan pengangkatan sebagai CPNS pada tahun 2009. Dengan demikian, hingga saat ini telah turun 273 SK dan 6 orang masih harus menunggu.
Menurut Harjadi, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di UGM memiliki peran yang sama. Semuanya saling mendukung satu dengan lainnya. Dosen tanpa peran tenaga kependidikan tidak akan berjalan, demikian pula sebaliknya. "Apakah mungkin dalam mengajar dosen nyiapin sendiri, pasang LCD, merekap absen, nilai, dan mengumumkan nilai sendiri atau mungkin mengatur jadwal ujian pendadaran sendiri? Terus, mengurus kenaikan pangkat sendiri, tidak mungkin bukan? Jadi, semua memiliki peran yang sama," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat SDM, Dra. Emmy Indjatmiati, M.Si., kepada para dosen muda yang baru saja menerima SK CPNS mengingatkan dalam rangka menuju World Class Research University (WCRU), para dosen selama lima tahun harus menghasilkan minimal satu publikasi karya ilmiah pada jurnal ilmiah internasional. Harapan ini memang terasa berat karena untuk masuk jurnal internasional harus melalui tahapan-tahapan review. "Namun, saya yakin kualitas dan produktivitas para tenaga pendidik tidak diragukan lagi. Terlebih saat ini banyak dosen-dosen muda yang memiliki prestasi cukup membanggakan UGM," ujarnya.
Dalam rancangan pengembangan sistem SDM UGM, kata Emmy, terkait dengan penghitungan angka kredit, saat ini UGM telah membuat sistem sendiri di samping yang berasal dari pemerintah. Sistem yang dikembangkan UGM lebih sederhana dan tidak terlalu rumit, tapi cukup proposional untuk angka kreditnya. "Dengan sistem baru, maka bila dibandingkan dengan pemerintah memperlihatkan persentase untuk penelitian jauh lebih besar, yaitu 50%, pendidikan 25%, pengabdian pada masyarakat 10%, dan unsur penunjang sebesar 15%. Karena semua itu untuk menuju WCRU yang serba riset, maka porsi kredit penelitian lebih tinggi," kata Emmy.
Di lain pihak, untuk tenaga kependidikan, jalur karier yang dapat ditempuh adalah melalui jalur struktural dan fungsional. Jalur karier fungsional, misalnya menjadi pustakawan dan arsiparis, sedangkan jalur struktural ialah menjadi pejabat di lingkungan UGM, seperti kepala kantor, kepala seksi, dan kepala subbagian. "Model fungsional dikembangkan mengingat jumlah tenaga kependidikan di UGM mencapai 3.424, sedangkan jumlah jabatan struktural sangat terbatas," tuturnya.
Dalam bidang administrasi, UGM ke depan akan mengembangkan menjadi empat tingkat keahlian, yaitu asisten administrator, administrator muda, administrator madya, dan administrator utama. Saat ini, untuk angka kreditnya sedang digodog oleh Direktorat SDM. "Semoga di tahun 2011 sudah bisa berjalan. Jika saat ini insentif kepangkatan diterimakan bagi semua pegawai, maka skema macam ini akan berubah. Insentif nantinya hanya diterimakan mereka yang sregep, sementara mereka yang stagnan atau malas-malasan tidak akan terima. Semua ini kan dalam rangka menciptakan SDM yang profesional," kata Emmy.
Ditambahkan Emmy, bila skema baru telah diberlakukan, setiap pegawai UGM akan menerima insentif dengan besaran tertentu, atau bahkan dapat juga tidak menerima insentif, berdasar pada kinerja masing-masing. Mereka yang tidak mau berkembang akan tersisih secara alamiah. Untuk itulah, para pegawai sendiri yang akan menjadi penentu. (Humas UGM/Agung)