Nikolaos van Dam selama dua puluh tahun terakhir telah menghabiskan waktunya dalam karir diplomatik dan akademik. Keahlian utamanya ialah masalah Timur Tengah dan dunia Arab. Selain Nikolaos, hadir pula dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Amin Abdullah, (Rektor) UIN Sunan Kalijaga, sebagai pembicara. Talkshow dipandu oleh Romo Gregorius Budi Subanar, S.J., dosen Universitas Sanata Dharma.
Lebih lanjut Nikolaos mengatakan jumlah keseluruhan populasi muslim di Belanda adalah sekitar satu juta jiwa atau sekitar 6% jumlah penduduk. Islam adalah yang kedua dan tercepat perkembangannya di Belanda. “Sekitar 80% muslim adalah orang Maroko dan Sunni atau keturunan langsung mereka,” imbuhnya.
Muslim di Belanda, seperti penduduk lainnya, menikmati hak-hak dasar untuk kebebasan berbicara, beragama, berpendidikan, dan berorganisasi sebagaimana termaktub dalam konstitusi. Sekarang, tercatat ada 453 buah masjid di Belanda, 43 sekolah dasar swasta, 2 sekolah menengah swasta, dan 2 universitas Islam di Rotterdam dan Schiedam.

Nikolaos yang sempat menjadi duta besar di Bagdad, Kairo, Ankara, Bonn, dan Berlin, menambahkan sekalipun negara-negara Irak, Siria, Palestina, Yordania, dan Libya jelas memiliki mayoritas penduduk muslim, tetapi menurut pengalamannya, berbagai negara tersebut tidak pernah mencolok sebagai negara muslim. Mereka justru condong sebagai negara-negara dengan ciri budaya masing-masing yang khas, yang dari segi-segi ke-Arab-an lebih mengemuka. “Tidak hadirnya ciri khas muslim di sana. Justru di Turki, misalnya, jelas terwujud dan suatu hal biasa,” jelas Nikolaos.
Islam di Indonesia
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam memainkan fungsi penghubung antara dunia Islam dan Barat. Hal itu terutama disebabkan Indonesia dapat dipertimbangkan sebagai negara demokrasi yang berhasil dan damai dengan mayoritas penduduk muslim. Indonesia dapat memainkan potensi bridge function atau fungsi penghubung dengan beberapa negara tertentu sehingga dapat membantu memperbaiki saling pengertian antara pihak-pihak atau budaya tertentu. “Memang diakui, selain Indonesia yang punya potensi itu, Turki oleh beberapa pengamat juga dinilai bisa mengisi fungsi penghubung antara dunia Eropa dan Islam, dengan melihat geografisnya,” jelasnya.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga dalam kesempatan itu memuji Nikolaos yang tidak banyak membahas Islam dikaitkan dengan radikalisme atau fundamentalisme sebagaimana biasa dikemukakan pengamat dari luar negeri. Membincangkan Islam dalam pandangannya dapat dilihat baik dari dalam (insider perspective) maupun luar (outsider perspective). “Sebagai muslim, tentu kita melihatnya secara insider, sedangkan orang lain akan melihat dari luar dengan perspektif yang bisa saja berbeda, namun bisa juga sama. Gagasan baru seputar Islam dan posisi strategisnya bisa muncul dari sini,” kata Amin.
Amin sepakat bahwa Islam dapat menjadi penghubung strategis antarnegara dan kaum minoritas dengan mayoritas. Yang dibutuhkan adalah adanya politik integrasi dan politik partisipasi. Untuk muslim di luar negeri, yang cenderung menjadi minoritas, perlu melakukan semacam kreatif budaya atau terobosan budaya agar keberadaannya benar-benar diakui dan bersahabat dengan kaum mayoritas atau kelompok lain. “Yang penting adalah kreatif atau terobosan budaya agar bisa menyatu dan bersahabat dengan kelompok lain," pungkas Amin Abdullah. (Humas UGM/Satria)