Melewati hari-hari libur di kantor menjadi hal yang biasa bagi Suhardiman, Nurlegito, Sudarmaji, Suranto, dan Marno. Sebagai pegawai yang bertugas di Wessel Board (WB) UGM, mereka berlapang dada menekuni pekerjaannya. Mereka juga mengatur kesepakatan sendiri untuk jadwal shift di hari libur. Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi bila salah satu di antara mereka terpaksa berhalangan hadir.
"WB UGM? Mohon bisa dibantu nomor telepon Panitia UM UGM?," tanya seorang penelepon pada suatu pagi di hari Minggu.
"Ya, betul. Nomor Panitia UM 6491808 atau 6491919," jawab Suranto.
"Terima kasih," ucap sang penelepon.
"Sama-sama," kata Suranto.
Suranto kemudian menutup telepon. Ia pun kembali stand by menunggu dering telepon berikutnya. Tak sekedar nomor, dering telepon yang masuk terkadang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait dengan informasi tentang UGM.
Suranto pun tak segan-segan turut memberikan berbagai informasi yang diminta, sepanjang ia memilikinya. Begitulah gambaran sehari-hari Suranto sebagai operator di sentral telepon UGM. Meski waktu bersama keluarga menjadi berkurang, ia dengan teman operator lain tetap senang menjalani pekerjaannya. Mereka berlima tetap tekun dengan pekerjaan ini, meski harus menjalaninya pada hari libur.
Ign. Purwanto Sulistiyana selaku Koordinator Urusan Telepon (WB) mengiyakan kondisi tersebut. Operator yang menjalankan fungsi menyambungkan, terkadang terkendala oleh keterbatasan informasi yang dimiliki, terlebih tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan fakultas atau unit-unit di lingkungan UGM, seperti seminar dan workshop. "Fakultas yang memiliki gawe seminar, misalnya, mestinya memberitahukan. Tanpa itu, secara otomatis ketika orang luar menelepon dan bertanya seputar kegiatan itu, kita juga tidak tahu," ujarnya di Ruang WB UGM, Selasa (29/6).
Untuk kegiatan Ujian Masuk (UM) UGM dan SNMPTN, tidak jarang para pegawai WB menyambangi Direktorat Administrasi Akademik atau Humas UGM untuk mendapatkan selebaran informasi. Dengan modal selebaran yang didapat, WB UGM merasa senang dapat membantu memberikan informasi penerimaan mahasiswa baru pada masyarakat. "Otomatis yang ngebel ke UGM masuknya ke meja operator. Untuk hajatan UM dan SNMPTN, kita terkadang memberikan informasi itu. Terlebih mendekati ujian, biasanya tingkat kesibukan DAA meningkat sehingga yang berkompeten tidak lagi sempat mengangkat telepon. Makanya, terkadang kita sambungkan ke Humas juga," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan semacam itu, operator WB menerapkan 3 kali shift kerja. Shift I, pukul 06.00-14.00, shift II, pukul 14.00-22.00, dan shift III, pukul 22.00-06.00. Shift pagi diawaki oleh dua orang petugas, sedangkan shift siang dan malam satu orang. Meski melakukan pengaturan seperti itu, WB UGM tetap berupaya memenuhi kebutuhan jumlah jam kerja. "Disesuaikan dengan kondisi di WB. Karena 24 jam, ya kita berusaha iyak-iyuk. Namun, tidak seperti unit-unit lain, walaupun masuk Minggu, petugas operator tidak mendapatkan lemburan," tuturnya.
Purwanto mengakui WB memiliki seluruh nomor telepon di UGM. Dengan cara komputerisasi data base, WB bisa melayani kebutuhan informasi nomor telepon. Meski begitu, terkadang muncul kendala manakala beberapa unit di UGM berganti nama. Dengan bergantinya nama menjadikan "bingung" para pemakai nomor telepon karena setelah unit berganti nama tidak pernah melakukan pemberitahuan. "Ini masalahnya, kantor bola-bali rubah, sementara telepon yang dipakai tetap sama. Kita tahunya hanya berdasar yang lama. Kita tidak pernah tahu ex kantor itu sekarang dipakai kantor ini jika tidak diberi tahu," ujar Purwanto.
Selain operator, WB juga memiliki tenaga teknisi. Para teknisi ini dalam tugasnya menangani PABX (sentral telepon) dan jaringan telepon di seluruh UGM. Mereka memelihara sentral telepon utama Alcatel yang mendistribusikan empat digit nomor telepon UGM dan lima digit nomor telepon untuk gedung-gedung baru di UGM. "Kendalanya sulit untuk disatukan, bahkan terkadang terjadi trouble. Sementara untuk nomor empat digit yang banyak digunakan di universitas dan fakultas, kondisinya banyak yang rusak," terang Purwanto.
Dikatakannya bahwa kerusakan ini disebabkan jaringan telepon di UGM sudah terlalu tua. Kerusakan tersebut terjadi sejak tahun 1990. "Yang di PABX ini banyak yang rusak. Saya tidak tahu apakah nantinya direncanakan akan diganti semua, sementara PPTIK UGM saat ini tengah mengembangkan program Voip yang berbasis internet. Sebenarnya sudah matangkah program ini karena program yang sudah berjalan ini sangat bergantung sambungan internet? Makanya, kalau internet bermasalah dan listrik mati, otomatis jaringan telepon yang dibangun dengan program ini turut bermasalah juga," katanya.
Untuk perbaikan jaringan telepon, WB kini hanya menunggu. Ia tidak dapat bergerak sendiri dan sangat bergantung pada PPTIK UGM karena secara struktur organisasi, WB berada di bawah PPTIK. "Katanya sudah di RKAT, tapi hingga kini tidak ada kelanjutannya. Sekarang kita kan tidak bisa bergerak sendiri, sangat tergantung pada PPTIK," katanya. (Humas UGM/ Agung)