Peternakan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan vital dalam pembangunan nasional. Sektor ini menyumbangkan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan pendapatan negara. Dalam waktu 10 tahun terakhir, sektor peternakan menunjukkan pertumbuhan 3,6% per tahun. Namun, dalam aktivitas peternakan rakyat masih terdapat banyak kendala yang dijumpai, seperti kualitas pakan, harga pakan konsentrat yang relatif mahal, pengolahan bah yang kurang optimal, dan pemasaran yang kurang baik.
Untuk itu, diperlukan suatu perangkat teknologi tepat guna yang dapat digunakan untuk menangani berbagai permasalahan yang ada dan tentunya bisa diterapkan di masyarakat. Melihat realita tersebut, lima orang mahasiswa UGM mencoba menerapkan aplikasi teknologi bioaktivator Good Bacteria 1 (GB-1) melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis agribisnis peternakan terintegrasi. Mereka adalah Adhita Sri Prabakusuma (Fakultas Pertanian), Adi Tri Mulyo (Fakultas Teknologi Pertanian), Farida Umi Inayati (Fakultas Pertanian), Asmary Muis (Fakultas Pertanian), dan Heni Dwi Sulistyorini (Fakultas Peternakan).
GB-1 merupakan inokulum mikrobia yang dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah organik secara fermentatif. Di samping itu, ia juga dapat digunakan sebagai suplemen pakan ternak prebiotik. “Kandungan bahan-bahan organik di dalamnya sangat berpotensi untuk menambah nutrisi saat proses pemberian pakan dan juga meningkatkan kecernaan pakan,” jelas Adhita selaku ketua kelompok, Rabu (24/2), di Ruang Fortakgama UGM.
Disebutkan Adhita, dengan penggunaan bioaktivator, pakan ternak akan lebih bernutrisi sehingga meningkatkan bobot ternak. Apabila mengonsumsi pakan biasa, bobot sapi hanya naik 3-5 kg per bulan, dengan GB1 ini bobot sapi akan naik hingga 6-10 kg per bulan. Dengan begitu, peternak dapat lebih menghemat dalam penyediaan pakan ternak.
Seperti diketahui, harga pakan konsentrat yang ada di pasaran relatif mahal, yakni antara 3 ribu-5 ribu rupiah per kg. Sementara itu, setiap harinya peternak paling tidak mengeluarkan biaya sekitar 15 ribu rupiah untuk membeli pakan ternak. Dengan adanya bioaktivator, biaya penyediaan pakan ternak akan lebih hemat. Hanya dengan satu liter GB 1 encer dapat digunakan untuk 4 kuintal pakan ternak. Harga 1 liter GB 1 dalah 15 ribu rupiah. “Jadi, cukup menghemat bukan?” ucap Adhita.
GB 1 juga bermanfaat dalam pengolahan limbah, yaitu sebagai pupuk organik dan pengendali hama. Dalam pembuatan pupuk organik, bioaktivator mampu meningkatkan mikroba yang bermanfaat untuk kesehatan dan kesuburan tanah.
Ditambahkan oleh Adi Tri Mulyo, teknologi bioaktivator GB 1 ini telah diterapkan pada masyarakat peternak di Dusun Petir, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul, setahun yang lalu. Penerapan dilakukan melalui program pemberdayaan masyarakat peternak bertajuk Provita (Program Inovasi Peternakan) Tersenyum (Terampil, Sehat, Nyaman, Mandiri). Program ini direalisasikan dengan memanfaatkan inovasi mikrobiologis yang dikuatkan secara sosiologis melalui pemberdayaan masyarakat.
Dikatakan Tri Mulyo, terdapat tujuh program Provita yang dijalankan, yakni replikasi inokulum bioaktivator GB 1, pembuatan pupuk cair organik dan fermentasi urine, pembuatan pupuk organik super, pembuatan jerami fermentasi, aplikasi probiotik GB 1, pembuatan kandang hijau dan asri, serta pemberian penghargaan peternak Andini (aktif, dinamis, dan inovatif) pada peternak yang berprestasi.
Pada awal pengaplikasian Provita, sempat ditemui beberapa persoalan di lapangan, salah satunya adalah sikap pesimis masyarakat akan hasil akhir yang diperoleh. Namun, hal itu tidak lantas menjadikan Adhita Sri Prabakusuma dan timnya berhenti begitu saja. Mereka terus berupaya melakukan pendekatan pada masyarakat. Kegigihan mereka selama ini akhirnya membuahkan hasil manis. Kelima mahasiswa tersebut meraih juara I dalam kompetisi pemberdayaan masyarakat yang digelar di ITB pada 5-7 Januari lalu. Dalam kompetisi yang diikuti 54 perguruan tinggi se-Indonesia ini, mereka berhasil mengalahkan ITB sebagai juara II dan IPB yang berada di posisi ketiga.
Farida Umi mewakili teman-temannya mengungkapkan rasa gembira dan bangga atas apa yang telah dicapai. Selain sukses menjadi jawara, program yang telah mereka terapkan rencananya juga akan diaplikasikan sebagai program nasional untuk mengembangkan sektor peternakan Indonesia. “Saat ini, kami telah menjalin kerja sama dengan Kemenristek sehingga program ini akan diterapkan untuk memajukan peternakan nasional,” tambah Farida. (Humas UGM/Ika)