Penyelenggara | : | PSSAT UGM |
---|---|---|
Lokasi | : | Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM |
Kontak | : | http://www.facebook.com/cesass.ugm |
Website | : | http://pssat.ugm.ac.id/index.php/id/beranda/berita/176-mengajar-dan-meneliti-asia-tenggara-pelatihan-dan-workshop-2013 |
Agenda | : | Selasa, 2 Juli 2013 - Rabu, 4 Juli 2012 |
Dalam konstelasi global kontemporer, Asia Tenggara tidak hanya sebagai sebuah ruang geografis yang pasif, melainkan juga sebuah kawasan yang aktif dalam memberikan sekaligus menerima diskursus politik dalam relasinya dengan dinamika politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan regional. Gambaran kapasitas agensi Asia Tenggara tercermin dalam keputusan politik para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara untuk mendefinisikan diri sebagai sebuah komunitas tunggal, yakni Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Sekalipun konsepsi komunitas dalam Komunitas ASEAN masih sangat diperdebatkan, tidak dapat dipungkiri keputusan tersebut telah mendorong munculnya identitas ke-Asia Tenggara-an, bukan hanya diantara para pemimpin politik, tetapi juga masyarakat sipil dan pelaku ekonomi. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas para pemimpin negara-negara anggota ASEAN, aktivitas masyarakat sipil juga berkembang dengan pesat. Dalam bidang ekonomi, Air Asia, misalnya, semakin mendorong integrasi Asia Tenggara dengan melayani berbagai rute penerbangan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh flag carrier airlines negara-negara Asia Tenggara sendiri dan menjadikannya maskapai yang patut menyandang label ‘truly ASEAN.’
Dinamika kawasan sebagai refleksi menguatnya kapasitas agensi Asia Tenggara ini, di satu sisi, menjadikan cara pandang terhadap kawasan yang berkembang sejak Perang Dunia Kedua (Euro-American centric) menjadi semakin kehilangan relevansinya dan, di sisi lain, semakin membuka ruang bagi munculnya pemahamam alternatif yang lebih berdasarkan pada perspektif-perspektif regional. Berkembangnya Asia Tenggara sebagai sebuah bangun pengetahuan dengan epistemologi yang sangat berbeda dari yang berkembang di Eropa dan Asia, jika ada, mungkin masih jauh dari kenyataan. Tetapi, melihat dan mendefinisikan Asia Tenggara dengan perspektif regional berdasarkan realitas Asia Tenggara menjadi tuntutan yang semakin kuat bagi akademisi seiring dengan perkembangan agensi Asia Tenggara. Sayangnya, dorongan untuk menjawab tantangan tersebut tidak cukup besar di Indonesia, negara yang memiliki peran dan posisi penting dalam menentukan dinamika kawasan. Kajian tentang Asia Tenggara cenderung tetap terpinggirkan dan tidak berkembang secara signifikan di ranah akademis di Indonesia.
Pelatihan dan workshop ‘Mengajar dan Meneliti Asia Tenggara’ merupakan sebuah upaya untuk mengubah ironi ini dan mendorong minat akademisi di Indonesia terhadap kajian Asia Tenggara, baik melalui pengajaran maupun penelitian. Berbagai disiplin ilmu diharapkan dapat mengambil bagian dalam kegiatan tersebut, sehingga memperkaya perspektif pengetahuan tentang Asia Tenggara. Selain itu, diharapkan peserta dapat mengembangkan wilayah kajian tidak hanya wilayah Indonesia namun setidaknya dapat membandingkan dua wilayah di Asia Tenggara.