• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Palawa
  • Webmail
  • Direktori
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Promosi Doktor
  • Raih Doktor Usai Kaji Marginalisasi Politik Tu-BA Barat

Raih Doktor Usai Kaji Marginalisasi Politik Tu-BA Barat

  • 18 May 2015, 15:47 WIB
  • Oleh: Agung
  • 2453
  • PDF Version
Raih Doktor Usai Kaji Marginalisasi Politik Tu-BA Barat

Terdapat kegelisahan identitas yang mengganggu pikiran masyarakat asli Lampung Tulang Bawang Barat (Tu-BA Barat) berkenaan dengan posisi yang terpinggirkan oleh desakan populasi pendatang transmigran Jawa yang jumlahnya diperkirakan mencapai angka 70 persen. Sementara mereka hanya 20 persen dan etnik lain sekitar 10 persen.

Kepala Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Tulang Bawang Lampung, Untung Widodo mengatakan komposisi tersebut memang tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang proyek kolonisasi era Belanda pada tahun 1905 yang dilanjutkan dengan program transmigrasi era Soekarno dan Orde Baru Soeharto. Bagi masyarakat asli Lampung, keberadaan pendatang-transmigran Jawa yang disokong oleh kebijakan pemerintah Orde Baru telah menyebabkan etnifikasi, yaitu situasi dimana mereka tidak lagi berkuasa atas tanahnya sendiri padahal mereka lahr dan besar disana.

"Transmigrasi telah menjadikan etnis lokal minoritas di tanah kampungnya sendiri", ujar Untung Widodo dalam ujian terbuka Program Doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, Senin (18/5).

Menurut Untung Widodo, bila diteropong melalui sudut pandang budaya dan komposisi penduduknya, Tu-BA Barat bersifat unik. Ia merupakan bagian dari Bumi Sumatra dengan karakter serta budaya yang khas, tetapi sirkumstansi yang melingkupi beraroma cita rasa Jawa.

Etnik Jawa dominan pada arena pertarungan sosial, baik bahasa, nilai-nilai, tata pergaulan sosial dan terutama pada lini-lini ekonomi. Meski begitu dalam ilmu kajian budaya dengan menggunakan konsep dan definisi "diaspora", para transmigran sejatinya hidup dalam banyak ketegangan.

Meski mayoritas dibanding dengan penduduk asli Lampung, transmigran Jawa tetaplah hidup dalam "ruang diaspora" yang mempersilahkan berbagai ketegangan bermain dalam wilayah psikologi sosial maupun personal seperti hasrat "pulang" yang senantiasa hadir, kerinduan akan kampung halaman, ketegangan mayoritas-minoritas mengenai kekuasaan dan penguasaan ekonomi, ketegangan mengenai identitas lama (sebagai orang Jawa) dan baru (sebagai orang Lampung).

"Dalam suasana ini, bersaing batas antara inklusi dan ekslusi, kecocokan dan keasingan, 'kita' dan 'mereka'. Orang Lampung meski sebagai pemukim asli merasakan dirinya 'terasing' di tanah sendiri", papar untung.

Oleh karena itu, dalam rangka penguatan modal budaya sebagai modal sosial strategi pengkonstruksian identitas kolektif masyarakat asli lampung dan identitas pendatang disandarkan pada filsafat tradisional yang berkembang dalam masyarakat Tulang Bawang Piil Pesenggiri. Filsafat Piil Pesenggiri ditafsirkan ulang dengan kontekstualisasi otonomi daerah atau dilakukan "reinvensi tradisi", menghidupkan kembali nilai-nilai lama tradisi local genius dengan interprestasi kekinian.

Strategi budaya ini dengan secara cepat menemukan hasilnya pada kontestasi PILKADA. Dengan kemenangan pilihan bupati dan wakil bupati dan kursi DPRD yang mayoritas "putra daerah" secara otomatis menjadi kemenangan di jalur struktural birokrasi dan legislatif membuka peluang kongkrit bagi terbentuknya gerbong baru birokrasi.

"Jabatan-jabatan setingkat SEKDA, KADIS, KABAG, KAUR dan Camat-Camat diklaim sebagai jatah mereka, karena doktrin sosial "tuan rumah". Bahkan dari delapan kecamatan yang ada, hanya satu camat yang dijabat orang Jawa", kata Untung Basuki.

Karena itu, secara sosial, masyarakat asli lampung pada akhirnya memandang kelompok pendatang-transmigran Jawa menjadi dua golongan yakni warga kelas satu dan kelas dua. Memang secara verbal label "kelas satu" dan "kelas dua" tidak umum dinyatakan, namun secara tersirat dua jenis pengelompokan ini umum dipahami untuk menunjukan derajat ketokohan orang Jawa yang bersangkutan.

"Termasuk dalam kelompok kelas satu biasanya terdiri dari tokoh birokrat, tokoh masyarakat, pengusaha atau politisi terutama yang kelihatan memiliki massa, jaringan luas apalagi termasuk dalam golongan kaya. Sedangkan kelas dua seperti golongan buruh, petani dan pedagang kecil dan sejenisnya", ungkap Untung didampingi promotor Prof. Dr. Djoko Suryo dan Prof. Dr. Irwan Abdullah saat mempertahankan disertasi "Otonomi Daerah dan Marginalisasi Politik". (Humas UGM/ Agung)

Berita Terkait

  • Raih Doktor Usai Kaji Marginalisasi Politik Tu-BA Barat

    Monday,18 May 2015 - 15:47
  • Raih Doktor Usai Kaji Perusahaan Keluarga

    Monday,18 November 2019 - 23:43
  • Raih Doktor Usai Kaji Perilaku Pencarian Informasi Konsultan Pajak

    Tuesday,09 October 2018 - 11:55
  • Raih Doktor Usai Meneliti Konsep Politik Perempuan Hannah Arendt

    Thursday,26 May 2016 - 13:11
  • Raih Doktor Usai Kaji Penurunan Tanah Kota Semarang

    Friday,27 July 2018 - 13:56

Rilis Berita

  • Mahasiswa UGM Pelajari Kondisi Ketahanan Nasional di Lemhanas 05 December 2019
    Sebanyak 39 mahasiswa Prodi S2 Ketahanan Nasional UGM me
    Ika
  • UGM Gelar Industri Riset Forum 2019 05 December 2019
    Mengangkat tema Inovasi Agroteknologi Mendukung Kedaulatan Nasional, Forum Riset Industri (Indust
    Agung
  • Kisah Penyintas Bom Bali dan Proses Panjang Memaafkan Pelaku Terorisme 04 December 2019
    Tujuh belas tahun yang lalu, Chusnul Chotimah, seorang ibu dari 3 orang anak, menjadi salah satu
    gloria
  • Edukasi dan Vaksinasi HPV pada Remaja Perlu Digalakkan 04 December 2019
    Infeksi Human papillomavirus (HPV) terjadi setelah adanya aktivitas seksual. Infke
    Gusti
  • UGM Terima Bantuan Beasiswa dan Ambulans Bank BPD DIY 04 December 2019
    UGM menerima bantuan beasiswa pendidikan dan ambulans dari PT. Bank BPD DIY. Penyerahan dilakukan
    Ika

Info

  • Streaming Studium Generale MKWU Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
    05 November 2019
  • Streaming Wisuda Diploma dan Sarjana UGM Periode Agustus 2019
    21 August 2019
  • Video Streaming Penutupan PPSMB 2019 Universitas Gadjah Mada
    09 August 2019
  • Streaming Sosialisasi Penelitian Desentralisasi, Kompetitif Nasional, dan Penugasan Tahun 2020
    01 August 2019
  • Streaming wisuda Pascasarjana UGM Periode Juli 2019
    24 July 2019

Agenda

Tidak ada agenda terbaru saat ini

Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2019 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontak