![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/21051514321975761519895265-765x510.jpg)
YOGYAKARTA – Industri peternakan unggas di Indonesia memberikan sumbangan sekitar satu persen dari produk domestik bruto nasional. Populasi unggas di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan mencapai 1,6 miliar ekor. Terdiri diantaranya 1,2 miliar ayam pedaging, 150 juta ayam petelur dan 280 juta ayam kampung. Tidak heran, industri peternakan unggas telah mampu meningkatkan pendapatan ekonomi sebagian masyarakat yang menekuni usaha produk hasil ternak ini. “Konsumsi produk unggas akan meningkat beberapa kali lipat dalam 10 tahun mendatang, namun juga didukung oleh produksi unggas lebih tinggi untuk kelompok usaha unggas komersial skala kecil dan menengah,” kata peneliti FAO Emergency Center for Transboundary Animal Diseases (FAO ECTAD) Indonesia Dr. Luuk Schooman dalam seminar internasional yang bertajuk Anticipating ASEAN Economic Society in Veterinary Medicine, Rabu (20/5), di Auditorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada.
Meski industri unggas di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat namun Schooman menyoroti masih lemahnya pelaku usaha yang menerapkan biosekuriti dan sanitasi secara ketat serta vaksinasi secara teratur. Soalnya industri unggas berisiko terkena penyakit yang sangat merugikan para peternak salah satunya infeksi virus flu burung. “Flu burung yang sangat patogen dan terdeteksi di Indonesia pada tahun 2004, penyakit ini telah terinfeksi di 32 dari 34 provinsi, menyebabkan kematian jutaan unggas, dan mengganggu mata pencaharian banyak orang yang bergantung pada pemeliharaan unggas,” tuturnya.
Menurutnya vaksinasi menjadi salah satu upaya untuk mengontrol virus influenza yang terus mengalami mutasi sehingga membutuhkan perlakukan dan vaksin yang berbeda pula. “Sistem surveilans baik di peternakan unggas dan di pasar unggas hidup memungkinkan untuk memantau pengendalian virus ini,” katanya.
Seminar yang digagas oleh Jurnal Sain Veteriner FKH UGM ini memaparkan berbagai penelitian terbaru mengenai perkembangan penyakit serta pengobatan berbagi penyakit hewan. Beberapa peneliti yang hadir diantranya berasal dari Amerika Serikat, Perancis, Korea dan Malaysia. Ketua panitia Seminar Prof. drh. R Wasito, M.Sc., Ph.D., mengatakan seminar internasional kali ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian, inovasi dan kebijakan dalam bidang ilmu kedokteran hewan di Indonesia. Tidak hanya di bidang unggas, berbagai penelitian terkait penyakit hewan pada hewan ternak besar dan hewan kecil juga dipaparkan. “Kita berharap antarpeneliti berbagi informasi dan pengalaman dari hasil penelitian yang mereka lakukan,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)