YOGYAKARTA – Budayawan yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Syafii Ma’arif mengatakan proses pembentukan nasionalisme kebangsaan Indonesia belum usai. Meski nasionalisme di era merebut kemerdekaan merupakan kekuatan dahsyat yang telah berhasil meluluhlantakkan sistem kolonialisme. Namun demikian, nasionalisme yang berkembangan saat ini bukan lagi melawan kolonialisme namun melawan kekuatan asing dan domestik yang bisa menghambat tujuan pembangunan kemerdekaan tanah air. “Tidak peduli apakah kekuatan penghambat itu adalah saudara kita sendiri,” kata Syafii Ma’arif dalam pidato orasi kebangsaan yang disampaikan pada Kongres Pancasila VII yang berlangsung di ruang Balai Senat Universitas Gadjah Mada, Senin (1/6).
Menurut Buya, demikian ia akrab disapa, pemahaman nasionalisme yang awalnya ditujukan untuk meruntuhkan sistem kolonial dan sistem feodal menuju terwujudnya sebuah bangsa merdeka. Namun nasionalisme yang semula tajam kini berangsur-angsur menjadi tumpul bersamaam dengan lumpuhnya hati nurani dan akal sehat sebagian elite bangsa, “Ujungnya yang banyak berkeliaran kemudian adalah nasionalis-nasionalis gadungan yang telah mati rasa dan tidak hirau lagi dengan tujuan kemerdekaan bangsa. Mereka adalah rombongan pragmatis tunamoral dan tuna visi,” tuturnya.
Bagi Buya Syafii Ma’arif, di tangan elite semacam inilah kedaulatan bangsa hampir tergadai terutama di ranah ekonomi. Oleh karena itu maka salah satu tantangan terbesar nasionalisme Indonesia sekarang adalah memulihkan kedaulatan itu sepenuhnya. Menurutnya, seluruh komponen bangsa harus me arah baru pada konsep nasionalisme.Tidak hanya itu, konsolidasi kebangsaan Indonesia harus mampu menjawab tantangan masa depan dengan kepala tegak dan kepercayaan diri yang tinggi sebagai warga negara yang merdeka. “Proses pembentungan masa depan Indonesia ini belum usai,” pungkasnya.
Seperti diketahui kongres pancasila yang diselenggrakan oleh Pusat Studi Pancasila ini berlangsung selama dua hari, 31 Mei – 1 juni, di Balai senat UGM dengan mengusung tema Membangun Kedaulatan Bangsa Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila, Pemberdayaan Masyarakat dalam Kawasan Terluar, Terdepan dan Tertinggal. Pada hari pertama kongres dihadiri oleh Menteri Sektretaris Negara Prof. Dr. Pratikno, M.Soc., Sc., dan Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno. (Humas UGM/Gusti Grehenson)