Tang cabut gigi memegang peranan yang penting dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2007, 72,1% rakyat Indonesia mengalami gigi berlubang. Hal ini membuktikan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan kesehatan gigi dan mulut sangat rendah. Banyak orang baru berobat ke dokter gigi apabila giginya telah sakit, bahkan tidak sedikit orang yang membiarkan giginya sakit hingga tidak terasa sakit lagi. Tidak heran jika banyak perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi adalah berupa pencabutan gigi.
Saat ini tang cabut gigi berjumlah 10-12 buah yang memiliki fungsi berbeda-beda tergantung gigi yang akan dilakukan pencabutan. Jika dokter gigi akan mencabut gigi belakang tentunya berbeda jika akan mencabut gigi depan. Pemakaian tang yang berbeda-beda menyebabkan seorang dokter gigi harus selalu membawa satu set tang kemanapun dia praktik, sehingga tidak praktis, berat, dan menyita banyak tempat.
Kondisi inilah yang mendorong mahasiswa UGM yang tergabung dalam tim REDONCEP menciptakan tang cabut gigi yang dapat dibongkar pasang. Para mahasiswa UGM yang menuangkan ide tersebut dalam PKM-Karsa Cipta (KC), yaitu Wahyuke Hestiyanti, Puspita Arum, Lastry Padang, Kevin Marselinus (dari Fakultas Kedokteran Gigi UGM) serta M. Riza (dari Fakultas Teknik Mesin UGM).
“Idenya adalah tang cabut gigi yang dapat dibongkar pasang, dimana satu gagang tang cabut gigi dapat dilepas dan dipasang dengan kepala tang cabut lainnya,” papar Kevin, Kamis (11/6) di UGM.
Ia menuturkan tang cabut ciptaan tim REDONCEP akan memberikan banyak keuntungan bagi dokter gigi, antara lain lebih praktis, aman karena alat diuji sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya bagi pasien, dapat meningkatkan gairah perindustrian alat kesehatan di Indonesia, dan satu-satunya di dunia.
“Setelah kita cari dan cek belum ditemukan produk serupa tang cabut gigi yang dapat dibongkar pasang,” imbuhnya.
Anggota tim lainnya, Lastry Padang berharap nantinya tang cabut gigi kreasi anak negeri ini dapat diproduksi secara masal dan dapat membantu pemerintah untuk mencapai indikator pencapaian Permenkes nomor 86 tahun 2013 yang dicanangkan untuk tahun 2016, yaitu tercapainya kemandirian industri alat kesehatan teknologi menengah ke bawah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Inovasi para mahasiswa ini juga diapresiasi positif oleh dosen bagian Bedah Mulut FKG UGM, drg. M . Masykur Rahmat, Sp. BM (K). serta drg. Yosafat bayu Rosanto. Masykur menilai selama ini tang cabut gigi sudah ada spesifikasinya sendiri-sendiri sehingga semua tang harus dibawa, padahal satu tang cabut gigi mempunyai berat sekitar 400 gram.
“Saya kira ide tang cabut gigi yang dapat dibongkar pasang ide yang brilian sehingga dengan satu gagang bisa untuk berbagai kepala tang cabut gigi,” ujar Masykur. (Humas UGM/Satria)