Akhir-akhir ini, kompetisi dalam bisnis bahan kimia semakin berat karena makin banyak pabrik yang mampu memproduksi komoditas sama. Perlu dicatat bahwa abad 21 ini adalah era dimana daya saing sangat ditentukan oleh kualitas produk yang sampai ke konsumen. Sehingga raksasa-raksasa kimia seperti DuPont, Dow, BASF, dll sudah mengarahkan strategi untuk memproduksi fine chemical. Demikian disampaikan Ir. Suryo Purwono, MASc, PhD, Ketua Jurusan Teknik Kimia (JTK) UGM pada siaran pers setelah JTK memperoleh grant kompetisi dari Dirjen Dikti yang dikenal dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) B.
“Untuk mengantisipasi hal diatas, dalam program PHK B, JTK bermaksud memperkaya lulusan dengan product engineering dan entrepreneurship dengan cara membangun entrepreneurial campus melalui ChAIN (Chemical Engineering Alliance and Innovation) Centerâ€, tambah pak Suryo Purwono.
Pada kesempatan yang sama Ir. Moh Fahrurrozi, MSc, Ph.D, Direktur Eksekutif PHK B, mengatakan bahwa program ini merupakan program prestisius dari Dirjen Dikti. Pada awal preproposal masuk sebanyak 26 proposal dan UGM mengirimkan 6 proposal. Setelah melalui beberapa seleksi, akhirnya UGM meloloskan 2 dari 3 yang akan didanai, yaitu Jurusan Teknik Kimia, dan Jurusan Pengelolaan Hasil Pertanian, FTP.
Juga disampaikan oleh Moh Fahrurrozi bahwa dengan program ini JTK ingin menjadikan ChAIN Center ini sebagai jembatan untuk membangun sinergi antara kegiatan akademik di JTK dengan kebutuhan stakeholders (industri, pembuat kebijakan, usaha kecil & menengah dan alumni).
Pada kesempatan lain Ir. Agus Prasetyo, MSc, Ph.D, Direktur ChAIN Center menjelaskan bahwa tujuan utama dari ChAIN Center adalah mengembangkan teknologi yang lebih aplikatif berbasis dari hasil-hasil riset staff JTK melalui inkubator teknologi.
“Sedangkan fokus utama adalah pengembangan teknologi untuk optimalisasi pemrosesan sumber daya alam Indonesia. Karena kebanyakan usaha yang bergerak dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam adalah usaha kecil dan menengah (UKM), maka prioritas pelayanan ChAIN Center dalam bentuk technological assistance diberikan kepada UKM-UKM tersebut,†kata pak Agus.
Ir. Agus mengemukakan, juga perlu dicatat bahwa kebanyakan teknologi proses yang dilakukan oleh UKM belum sampai kepada level fine chemical. Suatu contoh, missal industri minyak nilam yang dikelola UKM hanya mampu membuat minyak dengan kadar sekitar 30 % dan harga jualnya $25/kg. Kalau minyak nilam tersebut dapat dimurnikan menjadi fine chemical, harganya akan naik menjadi $1275/kg.
Ditambahkan pak Agus, pemilihan UKM sebagai mitra merupakan langkah yang strategis, karena industri skala kecil biasanya lebih adaptif terhadap perubahan. “Sementara itu, aspek bisnis yang lain seperti pemasaran, regulasi dll akan ditangani oleh partner ChAIN Center seperti SMEDC (Small Medium Enterprise Development Center) UGM dan PT JOGLO (perusahaan milik Keluarga Alumni JTK, UGM)â€, terangnya. (Humas UGM).