Untuk mengaktualisasikan semangat 77 tahun Sumpah Pemuda 1928, maka di Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2005 telah digelar Seminar nasional bertajuk “Sumpah Pemuda dan Masa Depanâ€. Seminar tersebut yang diikuti oleh 200 orang peserta baik dari dalam dan luar negeri. Peserta luar negeri adalah perwakilan dari kedutaan Negara-negara sahabat. Sedangkan peserta dari dalam negeri berasal dari kalangan akademisi, LSM, politisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah.
Seminar yang dibuka oleh Menko Polkam Jenderal Widodo AS dihadiri pula beberapa tokoh seperti H. Amien Rais mantan Ketua MPR RI dan tokoh pemerintah antara lain Menteri Pendidikan Nasional.
Sebagai pembicara seminar antara lain: Mr. Hans van Ballen anggota parlemen Belanda, Dr. Anhar Gonggong, Gurbernur Lemhamnas Prof. Muladi, SH, Ketua Komisi I DPR RI Drs. Theo L. Sambuaga, Prof. Bilver Singh dari National University of Singapore dan H. Soekartono Hadiwarsito anggota DPR RI. Sebagai moderator dalam seminar yaitu Prof. Dr. Sofian Effendi Rektor Universitas Gadjah Mada dan Junus Effendi Habibie anggota Komisi I DPR RI.
Seminar tersebut bertujuan: (i) merefleksikan momentum 77 tahun Sumpah pemuda 1928 dalam rangka keutuhan NKRI masa sekarang dan mendatang, (ii) mengidentifikasi berbagai permasalahan bangsa, khususnya di daerah rawan konflik seperti Aceh, Sulawesi,dan daerah lainnya, (iii) mengusulkan strategi untuk melaksanakan pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Aceh, Sulawesi, dan daerah lainnya dalam menjaga keutuhan wilayah NKRI.
Rektor UGM Prof. Dr. Sofian Effendi menilai bahwa ancaman disintegrasi muncul karena kita belum mampu mewujudkan tujuan NKRI yang diamanatkan para founding fathers dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mewujudkan keadilan sosial. “Maka diperlukan sumpah pemerintah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila, “ kata pak Sofian saat Diskusi sosialisasi hasil seminar “77 tahun Sumpah Pemuda†dan Buka Bersama di rumah dinas Rektor UGM Bulaksumur Jum’at, 28 Oktober 2005 lalu.
Hadir dalam diskusi dan buka bersama tersebut antara lain: Wakil Rektor Senior, Wakil Rektor, Asisten Wakil Rektor Senior, Asisten Wakil Rektor, Direktur, Sekretaris Eksekutif, Kepala SP20, Kepala HMK, Dr. Purwo Santoso, dan Drs. Riza Nur Arfani, MA.
Prof. Sofian juga menambahkan, untuk menangani ancaman disintegrasi bangsa ada beberapa rekomendasi dari diskusi dalam seminar tersebut, antara lain: (i) perlunya menghidupkan semangat kebangsaan yang bhineka tunggal ika berdasarkan Pancasila, (ii) perlunya total diplomacy dan sinergi antara eksekutif dan legislatif dalam menghadapi berbagai tantangan luar negeri terhadap kelangsungan Negara Republik Indonesia, (iii) perlu adanya kantor yang berkedudukan langsung di bawah Presiden yang menanganai masalah-masalah krusial yang berkaitan dengan Papua dan aderah terpencil rawan konflik, (iv) perlu adanya kelompok kerja khusus di DPR yang menekuni masalah-masalah yang berkaitan dengan Papua dan daerah terpencil rawan konflik, (v) universitas-universitas perlu melakukan kajian dan kegiatan yang terkait dengan pembangunan Papua dan daerah terpencil rawan koflik, termasuk kajian sejarah. (Humas UGM)