Perawakannya cukup mungil untuk remaja seusianya. Namun begitu, ia memiliki mimpi besar akan pendidikan. Semangat besar itu akhirnya berhasil menghantarkan Siti Nur Haliza (18) mewujudkan mimpinya untuk menjadi sosiolog dengan diterima kuliah di jurusan Sosiologi UGM.
Rona bahagia terpancar dari wajah Siti saat ditemui dirumahnya yang berada di Japunan, Danurejan, Mertoyudan, Magelang. Ia tidak bisa menutupi kegembiraanya berhasil masuk UGM, bahkan tidak dipungut biaya sampai selesai studi. Awalnya keraguan tidak bisa lanjut kuliah sempat menghinggapinya. Pasalnya, penghasilan sang ayah, Agus Wantoro (47) sebagai tukang ojek hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dari menarik ojek rata-rata mendapat Rp. 30 ribu setiap harinya. Sedangkan sang ibu, Sri Suwarsih hanya di rumah saja mengurus adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. “Alhamdulillah, saya senang sekali bisa masuk UGM, apalagi tanpa dikenai biaya sampai selesai sehingga tidak menambah beban keluarga,” kata Siti penuh haru.
Sejak duduk di bangku SMA Siti mengaku memiliki ketertarikan pada mata pelajaran sosiologi. Ia sangat menyukai segala hal yang berkaitan dengan hubungan dalam masyarakat. Karenanya ia menjatuhkan pilihan pada jurusan Sosiologi saat mendaftar di UGM.
Sebelumnya ia mengaku cemas di saat penantian waktu pengumuman. Ketakutan tidak bisa diterima di UGM sempat membayanginya. Bahkan di hari pengumuman ia seharian di warnet menunggu pengumuman. “Dari jam 7 pagi sampai 5 sore di warnet, berkali-kali cek pengumuman. Begitu tahu lolos saya langsung sujud syukur, semoga ini membuka jalan untuk mengangkat kondisi keluarga kami,” tuturnya penuh harap.
Belum yakin bisa diterima di UGM, selepas kelulusan SMA Siti langsung mencari kerja untuk membantu perekonomian keluarga. Sudah 1 bulan terakhir alumnus SMA 4 Magelang ini bekerja di bagian logistik distributor gula pasir di dekat tempat tinggalnya.
Meskipun dalam keadaan serba terbatas, hal itu rupanya tidak mematahkan keinginan Siti dalam belajar. Kondisi yang serba kekurangan justru menjadi penyemangatnya untuk lebih berprestasi. Hal ini terbukti sejak SD hingga SMP masuk dalam 3 besar di kelasnya. Berkat prestasinya itu ia bisa meraih beasiswa pendidikan saat di SMP dan SMA. “Meski dalam kondisi yang serba sulit seperti ini, Siti tetap tekun belajar bahkan sejak bangku SD selalu meraih juara dan dapat beasiswa,” kata Agus penuh rasa bangga.
Walapun kondisi perekonomiannya yang jauh dari mapan, Agus selalu mendorong anak-anaknya untuk tekun menuntut ilmu hingga sampai perguruan tinggi. Berbagai cara akan ditempuhnya untuk menghantarkan putrinya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Ia berkeyakinan dengan kuliah bisa membentuk generasi penerus yang lebih kuat dan mapan. “Sebenarnya bingung dan khawatir tidak bisa membiayai kuliah sampai selesai. Dari narik ojek saja biasanya hanya bisa menysihkan Rp. 10 ribu untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, apalagi harus bayar kuliah belum terbayang mesti bagaimana,” katanya.
Namun melihat semangat puteri pertamanya dalam belajar yang begitu besar Agus semakin terpacu untuk berusaha keras mengupayakan anaknya mendapat pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Ia berharap dengan adanya beasiswa Bidik Misi tersebut nantinya dapat mencukupi kebutuhan anaknya saat kuliah. “Saat sekolah Siti rajin puasa Senin-Kamis karena kami hanya bisa memberi uang saku untuk naik bis ke sekolah saja,” jelas Agus.
Kebahagiaan yang sama juga dirasakan Sri Suwarsih. Ia berharap kedepan Siti bisa lancar kuliah dan sukses meraih impiannya. “Tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk Siti, hanya doa semoga apa yang dicita-citakan bisa terwujud,” pungkasnya. (Humas UGM/Ika)