Kasus kerusakan tulang dewasa ini banyak terjadi di Indonesia. Penanganan akibat kerusakan tulang biasanya dilakukan dengan memberikan material sintetis untuk mempercepat pembentukan tulang atau yang dikenal dengan bone graft. Sayangnya, selama ini pemenuhan akan material ini masih dengan mengimpor dari negara lain sehingga harganya relatif mahal.
Hingga saat ini pun bahan baku pembuat bone graft masih diambil dari pasar dunia. Kendati begitu, lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UGM ini telah memulai mencari bahan alternatif untuk menstimulasi penyembuhan dan mengisi defek tulang. Mereka adalah Ananda Mutiara Wening, Firda Arifatul F., Dian Az Zahra, Safira Putri Latifa, Putri Ramelia Y. Kelimanya mencoba meneliti limbah tulang ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) sebagai bahan alternatif bone graft.
Safira Putri mengatakan pemilihan tulang ikan tuna kuning ini karena banyak dijumpai di Indonesia. Bahkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014 memperlihatkan jumlah produksi ikan tuna Indonesia rata-rata mencapai 613.575 ton/tahun dengan nilai sebesar Rp 6,3 triliun. Konsumsi masyarakat akan ikan tuna yang tinggi menghasilkan limbah tulang dalam jumlah besar. Namun begitu, selama ini limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan masyarakat secara optimal. Kebanyakan hanya digunakan sebagai pakan ternak, belum digunakan untuk hal lain seperti pengobatan. “Padahal dalam tulang ikan tuna ini memiliki kandunga mineral tinggi,” terangnya, Kamis (2/7) di Kampus UGM.
Kandungan kalsium terutama pada bagian tulang ikan, lanjutnya, membentuk kompleks dengan fosfor dalam bentuk apatit atau trikalsiumfosfat yang mudah diserap tubuh hingga 60-70 persen. Sehingga tulang ikan tuna berpotensi menjadi seumber alami hidroksiapatit yang murah dan memiliki potensi yang besar di masa depan.
Dari percobaan yang dilakukan secara in vivo dengan menggunakan hewan coba tikus wistar menunjukkan adanya perubahan signifikan dari jumlah yang berperan dalam pembentukan tulang. Terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok perlakuan dengan material bonegraft tulang ikan tuna dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang menggunakan material sintesis dari bahan lain dan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan. “Dengan penambahan bonegraft dari tulang ikan tuna ini memperlihatkan peningkatan jumlah sel osteoblas dan kolagen secara signifikan,” kata Ananda menambahkan.
Meskipun tulang ikan tuna sirip kuning telah teruji dapat digunakan sebagai material alternatif untuk bahan bone graft. Namun kedepan masih perlu dilakukan uji klinis lanjutan untuk mengetahui reaksi pada tubuh manusia. “Kedepannya masih diperlukan uji klinis lebih lanjut untuk mengetahui reaksi terhadap tubuh manusia,” jelasnya.
Sementara Putri menuturkan selain memberikan alternatif bahan pembuatan bone graft, pemanfaatan limbah tulang ikan tuna ini juga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis dari tulang ikan tuna. Juga mampu mengatasi permasalahan lingkungan akibat penumpukan limbah tulang ikan tuna. “Tulang ikan tuna ini bisa menjadi alternatif bone graft yang murah dengan memanfaatkan potensi ikan tuna yang sangat melimpah di Indonesia,” pungkasnya(Humas UGM/Ika)