
Namanya Diana Fitria Anggareni, lahir di sebuah dusun kecil di selatan Kabupaten Magelang, tepatnya di Gadingan, Bojong, Mungkid. Diana, anak kedua Aminatun(46) yang sehari-harinya bekerja sebagai pengumpul kertas roti bekas dengan penghasilan setiap bulannya tidak lebih dari Rp. 500.000,-.
Keterbatasan itu tidak mematahkan asa gadis 17 tahun ini dalam menggapai impian meraih pendidikan tinggi. Justru menjadi penyemangat untuk lebih giat belajar dan menorehkan prestasi. Sejak bangku sekolah dasar juara satu tidak pernah lepas dari genggamannya. Selanjutnya di SMP ia selalu masuk dalam posisi tiga besar. Begitupun saat di SMA Diana berada dalam lima besar di sekolahnya. Peluh, air mata, doa orang tua, serta usaha kerasnya dalam belajar selama ini tidaklah sia-sia. Prestasinya disekolah itu berhasil menghantarkan Alumnus SMA 1 Magelang ini diterima kuliah di prodi Teknik Nuklir Fakultas Teknik UGM tanpa tes.
Diana terlahir sebagai anak kedua dari 3 bersaudara. Sempat merasakan kehidupan mapan saat orang tuanya berhasil menjalankan bisnis dan budidaya tanaman anggrek. Namun hal itu tidak bertahan lama. Sejak sembilan tahun silam, tepatnya ketika sang ayah meninggal karena terkena diabetes membuat perekonomian mereka goyah dan hidup dalam kondisi memprihatinkan. Keuangan keluarga terkuras habis untuk biaya pengobatan dan perawatan selama ayahnya sakit. Untuk menyambung hidup sang ibu bekerja serabutan menjadi pengumpul kertas roti bekas dan bekerja mengasuh anak tetangga. “Sebenarnya senang anak punya cita-cita tinggi, tapi kalau ingat keadaan sangat sulit bisa membiayai kuliah yang butuh biaya besar,” kata Aminatun tersendat-sendat.
Cukup lama ia terdiam dan tanpa terasa air matanya mengalir dengan derasnya. Sembari terisak, ia mengungkapkan kegembiraannya mengetahui puterinya bisa diterima kuliah di UGM. Bahkan tanpa dipungut biaya sampai selesai menjalani kuliah.
Sejak awal Aminatun menegaskan kepada ketiga puterinya bahwa ia selalu mendukung keinginan mereka untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Namun begitu ia selalu memberi pengertian dengan kondisi keluarga yang jauh dari kata cukup susah untuk membiayai kuliah. Untuk membiayai Diana dan adiknya yang baru saja mendaftar masuk SMP saja ia kesulitan, apalagi kuliah. Beruntung puteri sulungnya selepas SMA langsung mendapat pekerjaan di Jakarta sehingga membantu menyokong perekonomian keluarga. “Saya selalu bilang pada Diana kalau mau kuliah ya dengan mencari beasiswa, kalau tidak Mama tidak sanggup bayar kuliah. Alhamdulillah anaknya tekun belajar dan rajin puasa Daud ,”ujarnya sembari menjelaskan saat ini ia belum mampu membayar uang asrama untuk tinggal Diana nantinya selama kuliah di Jogja.
Diana mengungkapkan kegembiraanya bisa diterima kuliah di UGM. Awallnya ia sempat merasa ragu untuk melihat pengumuman hasil penerimaan mahasiswa baru melalui jalur Undangan SBMPTN. Ia khawatir yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun ia pun memberanikan diri untuk melihatnya. Ketika mengetahui lolos masuk UGM ia pun hanya terdiam, terpaku seolah belum percaya hal itu adalah nyata. “Saat tahu hasilnya saya diterima, tidak bisa ngomong apa-apa. Benar-benar tidak mengira keinginan bisa kuliah bisa menjadi kenyataan,”tutur Diana yang pernah mendapat juara II dalam Olimpiade Astronomi tingkat Kabupaten Magelang.
Setelah mengetahui hasil pengumuman, ia pun kemudian bergegas menemui sang ibu yang juga masih berharap cemas menunggu hasilnya. Sesampainya di rumah ia pun langsung memberi kabar gembira itu. “Ibu langsung memeluk saya saat tahu hasilnya sembari menangis haru campur bahagia,” terangnya.
Sebelumnya Diana telah dinyatakan diterima melanjutkan studi di salah satu sekolah kedinasaan di Jakarta. Kendati begitu ia masih belum yakin untuk masuk di sekolah tersebut. Sehingga ia memutuskan untuk mendaftar di UGM. Keputusannya itu sempat tidak mendapat dukungan dari sang ibu dengan alasan tidak sanggup membiayai kuliah jika nantinya diterima. Namun ia berusaha meyakinkan ibunya jika akan mencari beasiswa. “Mama menyarankan saya ambil sekolah kedinasan saja, tapi saya pilih UGM. Akhirnya mama mendukung saya,”terangnya.
Kedepan Diana berencana akan mencari pekerjaan disela-sela kegiatan perkuliahan. Dengan begitu ia tidak harus membebani ibunya untuk mencukupi kebutuhan selama kuliah. ”Rencananya besok akan kuliah sambil bekerja,”katanya.
Diana merupakan satu dari ribuan sosok anak bangsa yang terlahir dari keluarga kurang mampu. Namun, ia berhasil membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah menjadi penghalang dalam meraih asa mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya.(Humas UGM/Ika)