Hasil penelitian drg. Yuke Yulianingsih Heriandi, MS menunjukkan terdapat indeks karies gigi dan CSI yang lebih tinggi pada anak yang mengkonsumsi makanan non-kariogenik. Anak pengkonsumsi makanan kariogenik mempunyai rata-rata gigi yang terkena karies gigi sebanyak 12 buah dengan CSI sebesar 39,622%, sedangkan pada anak pengkonsumsi makanan non-kariogenik sebanyak 10 gigi dengan CSI sebesar 31,892%. Dari hasil pemeriksaan CSI, dapat diperkirakan bahwa makanan kariogenik dapat menyebabkan pertambahan karies gigi yang lebih besar dibandingkan makanan non-kariogenik. Hal ini mungkin disebabkan makanan non-kariogenik dan kariogenik ditentukan berdasarkan kandungan sukrosa dalam makanan. “Sukrosa menyebabkan karies gigi. Indeks karies yang tinggi diikuti CSI yang tinggi. Hasil uji Risk Ratio untuk uji kohort diperoleh nilai sebesar 2,2 (95% Confidence intervals). Artinya pada anak dengan makanan kariogenik berisiko mengalami karies gigi sebesar 4,4 kali daripada anak dengan makanan non-kariogenikâ€, ujar Yuke saat ujian terbuka program doktor hari Jum’at tanggal 18 November 2005 di Sekolah Pascasarjana UGM.
Menurut dosen Universitas Trisakti ini, aktivitas bakteri karies gigi anak yang mengkonsumsi makanan kariogenik lebih besar dibandingkan anak yang mengkonsumsi makanan non-kariogenik. Hal ini disebabkan makanan kariogenik mengandung sukrosa yang lebih tinggi dibandingkan makanan non-kariogenik. “Sukrosa ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan S.mutans dan S.sobrinus, sehingga aktivitasnya meningkatâ€, ujar Yuke.
Oleh karena itu diakhir desertasi, disimpulkannya (i) perlu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan genotype S.mutans dan S.sobrinus, serta keparahan karies gigi dengan makanan yang lebih spesifik. (ii) Perlu pembatasan sukrosa sebanyak 40 g atau kurang yang dianggap baik bagi kesehatan gigi dan umum. Selain itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh makanan dengan komposisi nutrient yang dianggap baik bagi kesehatan gigi dan umum. Anak juga dianjurkan mengkonsumsi makanan non-kariogenik seperti xilitol sebagai pemanis pengganti sukrosa (Humas UGM)