Kekeringan yang melanda sejumlah daerah di tanah air disebabkan pada musim penghujan tidak dilakukan upaya penuh untuk memanen (menyimpan) air hujan atau menabung air hujan dan menyimpannya untuk musim kemarau. Pengajar Jurusan Teknik Sipil UGM, Dr. Ing. Ir. Agus Maryono menilai agar bencana kekeringan tidak terjadi lagi, perlu upaya ekstra keras dari masyarakat, pemerintah dan semua pihak untuk memanen air hujan sebanyak-banyaknya agar terhindar dari bencana kekeringan di musim kemarau berikutnya.
“Ketidaksiapan masyarakat menghadapi kekeringan diantaranya karena masyarakat sudah terbiasa dengan menerima bantuan dropping air atau membeli air dari daerah lain yang kadang jauh jaraknya,” kata Agus, Selasa (4/80 di UGM.
Menurut Agus sejauh ini masyarakat sangat menggantungkan diri kepada air bersih dari PDAM, padahal PDAM jelas tidak mampu memenuhi kebutuhan air seratus persen warga sepanjang tahun. Kebiasaan seperti ini akan sangat berbahaya dan rentan menderita kekeringan, apalagi jika terjadi fenomena ekstrem seperti El Nino tahun 1997 dan tahun ini diprediksi musim kemarau lebih panjang dari biasanya.
“Tiap-tiap keluarga di masyarakat harus berpikir dan berupaya keras dan melakukan memanen air hujan agar terhindar dari kekeringan,” katanya.
Dalam kesempatan itu Agus menyebutkan beberapa cara preventif dan kuratif yang bisa dilakukan dalam menghadapi musim kemarau. Cara preventif tersebut antara lain, menampung air hujan dengan tampungan air hujan (PAH), memasukan air hujan ke sumur resapan dan ke sumur-sumur penduduk.
Sedangkan langkah kuratif yang bisa dilakukan, seperti mencari sumber air yang masih tersisa, memeriksa kembali sumur-sumur penduduk hingga menyaring air untuk air minum bersih.
Di tempat sama Emilia Nurjani, M.Si dari Laboratorium Hidrometeorologi dan Kualitas Udara, Fakultas Geografi UGM mengatakan pola kemarau antar daerah di tanah air berbeda-beda. Selain itu, saat ini semakin banyak faktor-faktor yang turut memengaruhi turunnya hujan, termasuk El Nino dan La Nina.
“Kekeringan jangan disamaratakan karena pola musimnya berbeda tiap daerah,” katanya.
Emilia sepakat apa yang diusulkan Agus Maryono, yaitu dengan membuat sumur-sumur resapan sekaligus memberikan pengetahuan kepada para petani tentang pola musim hujan serta jenis padi yang cocok ditanam di musim kemarau. “Cocok apa tidak karena tekstur tanahnya ada yang berpasir maupun lempung,” tutur Emilia. (Humas UGM/Satria)