
Angka kejadian Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) tergolong tinggi menliputi sepertiga dari total pasien rawat inap dah lebih dari 50 persen dari seluruh pasien ICU. Bahkan pada ICU bedah, munculnya respon klinis terhadap rangsangan spesikfik dan non-spesifik ini bisa terjadi pada lebih dari 80 persen pasien.
dr. Supomo, Sp.B., Sp.BTKV., ahli bedah Fakultas Kedokteran (FK) UGM mengatakan pada proses operasi bedah jantung penggunaan mesin jantung-paru menjadi penyebab utama timbulnya SIRS. Sementara itu perkembangan SIRS lebih lanjut sulit untuk diprediksi. Berbagai kemungkinan dapat terjadi mulai dari efek ringan, hingga memberat seperti sepsis, septik syok, bahkan kegagalan multi organ yang berujung pada kematian.
Supomo menyebutkan bahwa berbagai upaya pencegahan seperti pemberian metilprednisolon intra-operasi atau pemakaian hemofilter yang dipasang pada sirkuit mesin jantung-paru sudah banyak dilakukan. Kendati begitu, hasilnya belum bisa optimal, terutama pada pasien dewasa.
Karenanya Supomo berusaha melakukan penelitian dengan melakukan kombinasi pemberian metilprednisolon dan pemakaian hemofilter untuk lebih mengoptimalkan penurunan kejadian SIRS serta menurunkan tingkat kesakitan dan kematian. Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa kombinasi pemberian metilprednisolon pra-operasi, metilprednisolon intra-operasi, dan hemofilter secara signifikan mampu menurunkan kejadian SIRS pasca bedah jantung terbuka. “Hal tersebut terlihat pada 3 jam dan di 24 jam setelah operasi,”ujarnya, Selasa (11/8) saat ujian terbuka program doktor di FK UGM.
Dalam disertasi berjudul “Pengaruh Hemofilter dan Metilprednisolon Terhadap Timbulnya SIRS Pada Pasien Dewasa Yang Dilakukan Bedah Jantung Terbuka: Kajian Aspek Klinis, Kadar TNF-α, IL-6, dan C3 Serum”, Supomo menuturkan kombinasi dua hal tersebut juga terbukti bisa menurunkan kejadian komplikasi pasca operasi. “Kombinasi ini cenderung menurunkan kejadian kematian pasca operasi, tetapi secara statistik tidak begitu bermakna,”jelas Ketua Tim Jantung RSUP DR. Sardjito ini.
Hasil lain memperlihatkan kadar magnesium serum pra-operasi dan lam aoperasi menjadi faktor prediktor kejadian kematian pasca operasi. Terdapat kecenderungan kenaikan kadar TNF-α, dalam pengamatan sesaat usai dihentikannya mesin jantung-paru pada kelompok yang diberikan metilprednisolon pra-operasi, metilprednisolon intra-operasi, dan hemofilter lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberikan metilprednisolon intra-operasi. (Humas UGM/Ika)