
YOGYAKARTA – Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., mengapresiasi munculnya pemimpin muda di daerah yang menjadi Bupati dan Gubernur. Bahkan saat ini banyak anak-anak muda yang mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah serentak yang akan dilaksnakan pada bulan Desember mendatang. Meski begitu, Dwikorita menyoroti masih ada krisis kepemimpinan yang terjadi di tingkat daerah dengan banyaknya pemimpin muda yang terkena dan terlibat kasus korupsi. “Kaderisasi calon pemimpin bangsa ternyata belum efektif, dibuktikan dengan tingginya korupsi di daerah ,” kata Dwikorita dalam pidato sambutan pada Wisuda program Sarjana dan Diploma Universitas Gadjah Mada di Grha Sabha Pramana, Rabu (19/8).
Merujuk dari data yang dikeluarkan Komisi Pemberantsan Korupsi, Dwikorita mengatakan selama 11 tahun terakhir, terdapat 64 kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah dan 51 kasus diantaranya sudah diputuskan di pengadilan. Tidak hanya itu, imbuhnya, Dwikorita menilai tingkat korupsi di berbagai sektor juga masih tinggi, “Apalagi yang dikorupsi itu sumber daya dan modal pembangunan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Tidak heran indeks korupsi Indonesia masih di peringkat dibawah, menempati peringkat 107 dibawah Thailand, Malaysia dan Singapura,” katanya.
Di hadapan ribuan lulusan yang baru diwisuda, Dwikorita berpesan untuk menghindari perilaku korupsi dengan benar-benar mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa. “Lulusan UGM perlu mewaspadai masalah tersebut, tetaplah senantiasa menjunjung tinggi nilai dan semangat nasionalisme,” ungkapnya.
Tidak cukup hanya itu, Dwikorita mengajak para lulusan yang baru diwisuda tersebut untuk mempelopori gerakan pelopor pembangunan dan pembaharuan di wilayah Indonesia bagian timur. Sementara ini yang sudah dilakukan oleh UGM, kata Dwikorita adalah mengirim mahasiswa melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata. “Para lulusan UGM harus berani dan mampu melakukan perubahan dan mendorong kemajuan dari wilayah terpencil dan pinggiran,” tuturnya.
Seperti diketahui, Universitas Gadjah Mada kali ini mewisuda 3.244 lulusan, terdiri 1.920 lulusan sarjana dan 1.324 lulusan program Diploma. Dengan demikian, jumlah alumni Universitas Gadjah Mada mencapai 275.705 orang dengan didominasi lulusan sarjana dengan prosentase 59,36%.
Lama studi rata-rata untuk jenjang sarjana adalah 4 tahun 4 bulan. Waktu studi tersingkat diraih Meilinda Sari Yayusman dari prodi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang lulus dalam waktu 3 tahun 5 bulan. Sementara lama studi rata-rata untuk jenjang Diploma adalah 3 tahun dimana masa studi tercepat diraih Kartiko Gilang Pamungkas dari prodi D3 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Sekolah Vokasi yang lulus pada waktu 2 tahun 7 bulan.
Adapun lulusan termuda program sarjana diraih Risa Silmi Lestari dari prodi Teknik Geologi yang lulus dalam usia 19 tahun 7 bulan 27 hari. Sedangkan lulusan termuda jenjang Diploma diraih Septi Handayani dari prodi D3 Kesehatan Hewan Sekolah Vokasi dengan usia 19 tahun 11 bulan 4 hari.
Rerata nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada wisuda kali ini adalah 3,36, sedangkan rerata IPK lulusan Diploma adalah 3,31. Adapun IPK tertinggi jenjang sarjana diraih Rahmania Prahardani dari prodi Pendidikan Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan yang lulus dengan predikat IPK 4,00. Sedangkan IPK tertinggi jenjang Diploma diraih Diki Agung Pranoto yang lulus dengan IPK 4,00. (Humas UGM/Gusti Grehenson)