
YOGYAKARTA – Muji Lestari (55) nampak terharu dan tidak lama kemudian air matanya menetes di saat Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menghampirinya seraya menyerahkan sepeda ontel buat anaknya Ikhsan Tanoto Mulyo, diterima sebagai mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada. Bukan lantaran sepeda yang membuat ibu pengrajin serbet asal Cawas, Klaten ini terharu, melainkan ia diminta menceritakan kembali perjuangannya menyekolahkan anaknya hingga diterima kuliah di UGM. “Sejak kecil anaknya sudah bercita-cita ingin kuliah, saya hanya bisa mendorong hanya dengan berdoa,” kata Muji dalam Temu Orang Tua Mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada, Selasa (18/8) kemarin.
Muji mengaku senang dan bangga karena saat ini anaknya bisa melanjutkan pendidikan tinggi dengan diterima kuliah di prodi Elektronika dan Instrumentasi FMIPA UGM. Muji bercerita sang anak memiliki semangat yang tinggi untuk terus bisa sekolah meski penghasiln Muji sebagai pengrajin serbet tidak seberapa. “Semangatnya tinggi, ingin melanjutkan sekolah. Ia sempat dapat ikut (program) pertukaran pelajar, saya meminta untuk kuliah saja,” kata Muji.
Tidak hanya Muji yang menerima bantuan sepeda, dua orang lainnya adalah Wagiman (65), penarik becak asala Bayat, Klaten dan Agus Wantoro (47), tukang ojek asal Danurejan, Mertoyudan, Magelang. Kepada Rektor, Wagiman bercerita dirinya sehari-hari sebagai penarik becak di kota Yogyakarta. Setiap seminggu sekali ia pulang ke rumah menyerahkan penghasilannya menarik becaknya yang rata-rata hanya bisa membawa pulang uang Rp 20 ribu sehari. Selama menarik becak di kota Yogyakarta, wagiman menumpang tidur di masjid. Namun saat mengetahui anaknya Sudarmono (18) diterima kuliah di fakultas peternakan dengan dibiayai gratis dari UGM, ia mengaku bangga dan berharap sang anak bisa mencapai cita-citanya kelak. “Keinginan saya sederhana, Sudarmono bisa lancar kuliahnya, bisa selesai S1, mohon Bu Rektor anak saya bisa dibina dengan baik,” kata Wagiman.
Sementara Agus Wantoro mengatakan ia sejak lama rajin melakukan puasa senin kamis agar anaknya Siti Nur Haliza bisa kuliah di perguruan tinggi. “Sewaktu anak saya sekolah SMP hingga SMA, saya hanya berdoa dengan puasa senin kamis agar anak saya diterima masuk ke UGM,” katanya.
Di hadapan 5.500 orang tua mahasiswa baru, Rektor UGM megatakan keempat orang tua yang diberikan bantuan ini adalah para orang tua dari mahasiswa baru UGM yang berasal keluarga ekonomi kurang mampu. Mereka sengaja diundang untuk menginspirasi orang tua mahasiswa yang lain untuk terus berkomitmen dan berusaha menyekolahkan anaknya hingga ke pendidikan yang lebih tinggi. “Perlu diketahui, sekitar 70 pesen mahasiswa UGM itu berasal dari keluarga kurang mampu,” kata Rektor.
Meski berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, imbuhnya, tidak menjadi alasan bagi mahasiswa tidak menyelesaikan kuliahnya karena alasan biaya. Bahkan pihak universitas, kata Rektor, berusaha mencarikan sumber beasiswa untuk membiayai kuliah putra-putri terbaik dari seluruh pelosok Indonesia. (Humas UGM/Gusti Grehenson)