Dengan kontribusi hampir mencapai 30 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), industri manufaktur dan industri kreatif merupakan salah satu sektor utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain besarnya pangsa ekspor pada industri manufaktur, penyerapan tenaga kerja pada industri manufaktur non migas ini juga menempati urutas atas. Sehingga membaik tidaknya kinerja sektor industri manufaktur berdampak nyata baik terhadap ekspor, penyerapan tenaga kerja maupun ekonomi secara keseluruhan.
Sedangkan, daya saing menjadi gambaran bagaimana suatu bangsa termasuk perusahaan-perusahaan dan SDM-nya mengendalikan kekuatan kompetensi yang dimilikinya secara terpadu guna mencapai kesejahteraan dan keuntungan. Karena itu, daya saing suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan daya saing dari pelaku pembangunan atau pelaku usaha, kemampuan daya saing masyarakatnya dan kemampuan daya saing negara.
“Untuk itu, harus terus diupayakan peningkatan daya saing, khususnya daya saing industri manufaktur dan industri kreatif, agar peningkatan pertumbuhan industri lebih mudah tercapai”, ujar Lukmandono, ST., M.T di KPTU Fakultas Teknik UGM, Rabu (19/8) saat menjalani ujian terbuka Program Doktor Bidang Ilmu Teknik Mesin.
Mempertahankan desertasi “Pengembangan Model Daya Saing Industri Manufaktur dan Industri Kreatif”, Lukmandono mengatakan dalam rangka mendukung penguatan daya saing industri manufaktur dan industri kreatif, perlu dilakukan sebuah model daya saing yang mampu mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi daya saing masing-masing industri. Selain itu,model tersebut diharapkan mampu pula menentukan bobot kriteria seluruh variabelnya.
“Karena itu, perbedaan mendasar penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel pembentuk model beserta penyelesaiannya”, papar dosen Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS).
Menurut Lukmandono beberapa metode penyelesaian yang digunakan untuk membuat diagram alur adalah model persamaan struktural (SEM), menentukan bobot kriteria dengan AHP dan penggunaan analisis SWOT. Model yang dibuat ini, menurutnya, dapat dijadikan dasar untuk melakukan perencanaan strategi pengembangan industri manufaktur dan industri kreatif dengan cara mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terjadi.
“Makanya hasil akhir model ini berupa strategi dan rencana aksi pengembangan daya saing sektor industri. Sementara manfaat yang diperoleh dari penelitian sebagai masukan kepada pelaku industri mengenai variabel-variabel penentu daya saing, bobot kriterianya beserta usulan strategi pengembangan industri manufaktur dan industri kreatif”, jelas Lukmandono didampingi promotor Ir. Alva Edy Tontowi, M.Sc., Ph.D dan ko-promotor Andi Sudiarso, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D dan Dr. Hargo Utomo, M.B.A., M.Com. (Humas UGM/ Agung)