Sistem perangkat lunak agen bergerak merupakan sebuah sistem yang kompleks. Selama ini pengembangan perangkat lunak agen bergerak banyak menggunakan metode, teknik, dan pendekatan berorientasi objek. Namun demikian, pendekatan tersebut memiliki sejumlah kelemahan bawaan mendasar seperti modularisasi program yang tidak bersih akibat adanya kode program yang sama menyebar di beberapa unit program dan kode program yang kusut. Permasalahan modularisasi tersebut dikenal dengan perhatian yang beririsan.
Maman Somantri, S.T.,M.T., dosen Jurusan Teknik ELektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro menyebutkan dalam sistem agen bergerak, karakteristik agen pun menjadi persoalan saat dikembangkan menggunakan pendekatan berorientasi objek. Sifat agen yang dinamis sementara entitas objek yang statis membawa ke sebuah kondisi anomali ketika pendekatan objek dipaksakan untuk membangun perangkat lunak agen. Sementara di sisi pengembangan agen bergerak, kompleksitas sistem agen bergerak yang dikembangkan dengan pendekatan berorientasi objek mengakibatkan perangkat lunak sulit dikembangkan, sulit digunakan ulang dan sulit untuk dipelihara.
Menurutnya pendekatan berorientasi aspek dapat digunakan untuk mengatasi persoalan modularisas dalam pendekatan berorientasi objek. Ia pun melakukan penelitian dengan pendekatan berorientasi aspek untuk mengembangkan perangkat lunak agen bergerak. Adapun pengembangan dimulai dengan melakukan identifikasi karakteristik sistem agen bergerak dan merancang arsitekturnya. Pada tahap perancangan dan implementasi perhatian-perhatian disesuaikan dengan pendekatan berorientasi aspek dengan perhatian utama dan perhatian beririsan. “Arsitektur mengadopsi sebuah komposisi yang fleksibel dengan menekankan pada karakteristik mobilitas yang menjadi dasar dalam sistem agen bergerak,” terangnya saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Teknik UGM, Senin (24/8).
Mempertahankan disertasi berjudul “Kerangka Agen Bergerak Menggunakan Pendekatan Berorientasi Aspek”, Maman menuturkan bahwa arsitektur agen bergerak yang diusulkan membagi dan menyederhanakan sistem agen bergerak menjadi tiga kelompok perhatian. Pertama, perhatian mobilitas yang digunakan sebagai fasilitas agen bisa berpindah. Kedua, perhatian keagenan yang mendefinisikan fungsi-fungsi unit dari keagenan, Ketiga, perhatian layanan dasar yang mendefinisikan metode-metode yang umum digunakan sebagai layanan umum pemrograman.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan pengembangan sistem agen bergerak beberapa metrik yang digunakan untuk pengukuran memperlihatkan kompleksitas pendekatan objek bisa diperbaiki dengan pendekatan aspek. Nilai ukuran, kopling, kohesi, dan pemisahan perhatian menunjukkan kerangka program lebih mudah digunakan ulang, dan dipelihara. Disamping itu juga mempunyai modularisasi yang bersih atau kompleksitas yang rendah. (Humas UGM/Ika)