Infeksi Streptokokus grup B (SGB) adalah salah satu dari sekian banyak penyakit yang harus diatasi. Disamping dapat mengurangi angka kematian bayi, mengatasi penyakit ini berarti berupaya untuk meningkatkan kesehatan ibu.
Hingga kini masih banyak hal yang belum dapat diketahui dengan jelas mengenai patogenesis yang berefek pada diagnosis dan penangan penyakit ini. SGB dikenal sebagai Streptococcus agalactiae adalah bakteri penyebab utama terjadinya kelahiran prematur, ketuban pecah dini, infeksi post partum, pnemonia, maningitis dan sepsis pada neonatus. Sedangkan, Meningitis pada neonatus dapat berakibat gangguan neurologis yang permanen.
“Sebanyak 15 persen -45 persen SGB berkolonisasi pada vagina dan saluran cerna wanita sehat, bila ini terjadi pada wanita yang hamil maka janin bisa mendapatkan infeksi SGB secara vertikal saat di dalam uterus atau disaat kelahiran melalui jalan lahir menyebabkan infeksi SGB pada neonatus yang dapat berakibat fatal”, ujar dr. Lily Pertiwi Kalalo, Sp.PK saat Ujian Terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, di Fakultas Kedokteran UGM, Senin (24/8).
Lily Kalalo menyebut angka kematian akibat infeksi SGB mencapai 9 – 47 persen. Meski begitu banyak penelitian menemukan angka kematian akibat SGB tersebut sekitar 20 persen.
Infeksi SGB di Amerika Serikat diperkirakan 12 ribu neonatus pertahun dan akan menyebabkan kematian 2 ribu neonatus pertahun. Di Irak, para peneliti menemukan prevalensi sebesar 9,1 persen SGB pada kultur rectovaginal wanita hamil dan 60 persen transmisi pada bayinya. Sementara penelitian pada wanita hamil di Alberta Kanada menemukan 19,5 persen SGB positif.
“Respon imun terhadap infeksi SGB ini sangatlah kompleks”, papar Kepala Instalasi Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda saat mempertahankan desertasi Kadar TLR-2 solubel, TNF-α, IL-6, IL-10, Rasio Kadar TNF-α/IL-10, IL-6/IL-10 dan Absorbance Unit IgG Anti Strptokokus Grup B Pada Wanita Hamil Dengan Kolonisasi Streptokokus Grup B.
Menurut Lily Kalalo, SGB tidak mampu mengaktifkan respons imun saat berada dalam saluran genital atau rektum wanita hamil. Hal tersebut disebabkan karena adanya immune tolerance mukosa vaginorektal dan akan berubah menjadi patogen saat berpindah tempat.
Streptokokus grup B akan berubah menjadi patogen bila berada, antara lain dalam meningen, paru, darah pada neonatus. Hal ini, pada wanita hamil bisa terjadi ascending spread, yaitu perpindahan SGB antara lain ke amnion ataupun ke kandung kemih wanita hamil yang menjadikan itu bersifat patogen dan menyebabkan infeksi.
“Pada wanita hamil dengan kolonisasi SGB, terjadi resistensi terhadap fagositosis, bahkan SGB mengaktifkan sel monosit yang akan melepaskan TLR-2 solubel ke dalam aliran darah”, papar Lily Kalalo didampingi promotor Prof. drh. Widya Asmara, SU., Ph.D dan ko-promotor Prof. dr. Mohammad Hakimi, Sp.OG (K)., Ph.D. (Humas UGM/ Agung)