Kanker payudara merupakan penyakit yang menjadi penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita di seluruh dunia. Sementara prevalensi kanker payudara payudara terus mengalami peningkatan secara global termasuk di Indonesia. Data Departemen Kesehatan 2015 mencatat penyakit kanker payudara menjadi penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013. Adapun setimasi jumlah absolut kanker payudara 61.682.
dr.Ramadhan, Sp.B(K)Onk., Ketua SMF Beselama tahun 2010-2013 dah Onkologi RS Kanker Dharmais menyebutkan bahwa terapi sistemik berupa kemoterapi dan terapi hormonal telah lama digunakan untuk pengobatan kanker payudara stadium awal sampai satdium lanjut. Selama ini panduan pemberian kemoterapi maupun terapi hormonal di Indonesia masih mengikuti panduan dari etnik Kaukasia. “Namun begitu, panduan ini belum tentu memiliki kecocokan untuk populasi di Indoneisa karena sifat biologi kanker yang berbeda anatra etnik Asia dan etnik Kaukasia baik berdasar parameter klinis, morfologi, ataupun genetik.,”katanya Selasa (25/8) saat ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Kedokteran UGM.
Penelitian untuk membandingkan efektivitas kemoterapi dan terapi hormonal untuk menghambat proses angiogenesis kanker pada tingkat molekuler ini, lanjut Ramadhan, belum pernah dilakukan di Indonesia. Karenanya penelitian tersebut penting dilakukan di Indonesia utuk mengetahui efektivitas bentuk terapi yang akan dipakai dalam pengobatan kanker stadium lanjut.
Ramadhan pun melakukan penelitian pada penderita kanker payudara stadium IIIB dan IV di RS Kanker Dharmais. Terapi diberikan mulai tahun 2010 hingga 2015 terdiri dari terapi hormonal atau kemoterapi. Penelitian dilakukan dengan penilaian trenskripsi gen VEGF 165, VEGFR-1, VEGFR-2, dan gambaran IHC CD34 terhadap kesintasan.
Hasil penelitian menunjukkan kelompok pasien dengan terapi hormonal cenderung memiliki rerata kesintasan yang lebih panjang dibanding kelompok kemoterapi pasien kanker stadium IIIB dam IV. “Rerata kesintasan atau harapan hidup pada terapi hormonal 1039,331 hari sedangkan pada kemoterapi 633,105 hari, akan tetapi secara statistik tidak signifikan,”ungkapnya.
Ramadhan mengatakan terdapat adanya penurunan copy number VEGF 165 sebanyak 4,3 kali lebih besar dan bermakna secara statistik pada kelompok hormonal. Sedangkan pada CD34 tidak menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan antara kemoterapi dan terapi hormonal. “Terapi hormonal ini bisa jadi pertimbangan pilihan mengingta rerata kesintasan terapi ini lebih panjang dibanding kemoterapi dengan kualitas hidup yang lebih baik serta lebih praktis dilaksanakan,”pungkasnya. (Humas UGM/Ika)