
YOGYAKARTA – Jangan sekali-kali meremehkan Obesitas (kegemukan) pada anak. Pasalnya obesitas pada masa anak terbukti merupakan faktor yang bisa menurunkan usia harapan hidup seseorang. Individu yang menjadi obes sejak masa anak mempunyai risiko lebih dari 2 kali lipat untuk meningal pada usia kurang dari 55 tahun dibandingkan dengan mereka yang tidak obes. Namun begitu, risiko terjadi obesitas pada anak tergantung dua faktor yakni polimorfisme genetik dan paparan risiko lingkungan seperti pola makan, aktivitas fisik, durasi dan kualiats tidur serta aktivitas sedentari (lebih banyak duduk). Hasil Penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 lalu, ditemukan 18,8 % anak umur 5-12 tahun di Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta mengalami masalah kegemukan, terdiri dari 10 persen anak masuk dalam kategori gemuk dan 8,8 persen kategori sangat gemuk (Obesitas).
Faktor genetik yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas adalah gen leptin dan leptin reseptor. Leptin adalah hormon yang diproduksi jaringan lemak dan berfungsi mengendalikan cadangan lemak untuk mempengaruhi nafsu makan. Sementara faktor lingkungan, berkaitan dengan aktivitas dan durasi menonton televisi, kualitas dan durasi tidur, durasi aktivitas sedentari, konsumsi lemak dan konsumsi energi total.
Penelitian yang dilakukan Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Ir. I Made Alit Gunawan, M.Si., pada 184 anak Sekolah Dasar umur 7-12 tahun di Kabupaten bantul dan Kota Yogyakarta, ditemukan bahwa gen leptin dan reseptor letin tidak terbukti sebagai faktor risiko terhadap kejadian obesitas pada anak. Namun anak yang mempunyai polimorfisme pada gen leptin dan reseptor leptin bila mengkonsumsi lemak berlebih dan berperilaku sedentari akan berisiko untuk menjadi obesitas lebih besar dari yang tidak mempunyai polimorfisme. “Konsumsi lemak yang berlebih berpeluang menyebabkan obesitas 2,22 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi lemak cukup,” kata Gunawan dalam ujian terbuka promosi doktor di Fakulats Kedopkteran UGM, Selasa (25/8)
Dari penelitian itu diketahui anak SD yang mempunyai durasi aktivitas sedentari lebih dari 5 jam per hari berpeluang jadi gemuk 5,98 kali lebih besar dari anak dengan durasi aktivitas sedentari kurang dari 5 jam per hari. “Bisa dikatakan konsumsi lemak dan durasi aktivitas sedentari memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kejadian obesitas,” paparnya.
Gunawan merekomendasikan agar anak-anak perlu mengurangi konsumsi lemak dan perilaku aktivitas sedentari terutama bagi mereka yang terbukti mempunyai faktor risiko genetik. “Perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan aktivitas edukasi dalam rangka menurunkan kejadian obesitas pada anak-anak agar bisa diketahui ada atau tidaknya faktor genetik,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)