Pendangkalan alur pelyaran dan kolam labuh merupakan salah satu persoalan utama yang dihadapi beberapa pelabuhan di Indonesia. Terlebih pada dermaga yang dibangun menjorok ke area surf zone atau daerah antara gelombang pecah hingga garis pantai.
Umumnya, pendangkalan di kawasan tersebut terjadi akibat adanya angkutan sedimen sejajar pantai (longshore ttansport). Longshore transport adalah angkutan sedimen yang disebabkan oleh longshore current. “Sebenarnya permasalahan pendangkalan di pelabuhan ini bisa diatasi dengan beberapa alternatif seperti memakai bangunan breakwater, metode pengerukan, dan metode fluidisasi,”kata Tania Edna Bhakty, S.T.,M.T., saat ujian terbuka program doktor, Rabu (26/8) di Fakultas Teknik UGM.
Tania menambahkan melalui pembuatan bangunan underwater sill (UWS) dapat digunakan untuk menghidari dan mengurangi pendangkalan di pelabuhan. Konsep pengendalian sedimen dengan bangunan UWS dengan melindungi kolam kolam labuh dengan bangunan UWS sehingga sebagian arus yang membawa sedimen setinggi UWS akan terdefleksi sehingga tidak masuk ke area kolam labuh. Bangunan UWS telah diterapkan di pelabuhan Kumamoto, Jepang, dan pelabuhan PT. Semen Gresik, Tuban.
Menurut dosen Fakultas Teknik Universitas Janabadra ini, penelitian terkait kinerja bangunan UWS dalam mengfendalikan pola aliran menyusur pantai di lokasi kolam labuh perlu dilakukan. Pengendalian pola aliran ini diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi besaran sedimentasi yang akan terjadi di kolam labuh.
Dari penelitian yang dilakukan melalui model fisik dan matematik menunjukkan bahwa rasio jarak vertikal mercu UWS ke muka air dengan kedalaman air,dan rasio jarak horisontal UWS terhadap garis pantai dengan lebar surf zone cukup berpengaruh dalam mengendalikan arus menyusur pantai yang akan masuk ke kawasan yang dilindungi bangunan UWS. Tidak hanya itu, pengendalian arus menyusur pantai yang akan masuk kawasan yang dilindungi bangunan UWS juga dipengruhi oleh rasio debit yang masuk ke kawasan yang dilindungi UWS dengan debit tanpa UWS dan konstanta pengaruh layout.
Temuan lain memperlihatkan variable tinggi UWS, pengaruh layout UWS, dan jarak horisontal UWS terhadap garis pantai berpengaruh terhadap debit yang masuk ke kawasan yang dilindungi UWS. Sementara untuk layout yang paling efektif dalam mendefleksikan arusa adalah bentuk lengkung, diikuti bentuk trapesium dan kotak atau segiempat.
Hasil penelitian tersebut diaplikasikan Tania di pelabuhan Pertamina RU VI, Balongan. Adapun hasilnya menunjukkan bahwa bangunan UWS dapat mengurangi sedimentasi sekitar 45,65 persen dari total angkutan seddimen tanpa bangunan UWS. (Humas UGM/Ika)