Sungai, terutama ruas sungai yang mengalir diatas lapisan aluvial, merupakan suatu sistem yang dinamik. Sungai selalu memberikan respon terhadap aktivitas alami dan manusia guna mencapai kondisi keseimbangan yang baru.
Cahyono Ikhsan, S.T., M.T staf pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta mengatakan perubahan yang terjadi di sungai dapat berupa agradasi dan degradasi. Selain itu, beberapa perubahan kondisi dapat memicu perubahan morfologi. Diantaranya, peningkatan kecepatan dan turbulensi aliran akibat kontraksi aliran sebagai dampak keberadaan suatu bangunan air sungai. Perubahan morfologi itu dapat pula berupa terbentuknya pusaran aliran akibat keberadaan pilar jembatan atau pelindung tebing dan peningkatan kuantitas pengambilan material dasar sungai.
“Dampaknya, pada daerah hulu cenderung mengalami elevasi dasar sungai di suatu ruas tertentu karena terjadi erosi pada dasar sungai,” ujar Cahyono dalam ujian terbuka Program Doktor Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Kamis (27/8).
Menurut Cahyono, terjadinya erosi pada dasar sungai akibat pasokan muatan sedimen yang masuk ke ruas jauh lebih kecil dari pada kemampuan muatan pengangkutan sedimennya. Selain itu, pengambilan material dasar sungai dengan volume yang lebih besar dibanding pasokan sedimen yang masuk, serta akibat hilangnya lapisan pelindung (armour layer) dasar sungai.
“Karena itu, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mempertahankan dan mengendalikan stabilitas dasar sungai”, ujar Cahyono di KPTU FT UGM saat mempertahankan disertasi “Efek Tegangan Geser dan Keseragaman Ukuran Butiran terhadap Tebal Static Armour“.
Berbagai upaya mempertahankan dan mengendalikan stabilitas dasar sungai, menurut Cahyono diantaranya dengan membuat lapisan pelindung di permukaan dasar yang berfungsi melindungi butiran material yang ada di bawahnya. Karena pada umumnya, material yang terkandung di dasar sungai memiliki ukuran butir yang bervariasi. (Humas UGM/ Agung)